Kenaikan upah minimum adalah win-win solution bagi semua pihak.
Tuntutan
kenaikan upah minimum bukan saja disuarakan pekerja di Indonesia, tapi juga negara
lain khususnya di wilayah Asia Pasifik. Sekjen IndustriALL Global Union, Jyrki
Raina, mengatakan tuntutan itu lumrah. Sebab, pekerja membutuhkan upah layak
untuk hidup sejahtera. Apalagi di negara yang pertumbuhan ekonominya cukup
baik, maka harus diimbangi dengan pemerataan kesejahteraan kepada seluruh
rakyat. Untuk kaum pekerja, pemerataan itu salah satunya dinikmati dengan
kenaikan upah.
Oleh
karenanya, Jyrki mengatakan seluruh serikat pekerja di 140 negara yang
tergabung dalam IndustriALL mendukung kenaikan upah minimum tersebut termasuk
Indonesia. Tujuannya agar pekerja dan keluarganya dapat hidup sejahtera. Dalam
kunjungannya ke Indonesia, Jyrki berkesempatan bertemu dengan Dirjen PHI dan
Jamsos Kemenakertrans, Ruslan Irianto Simbolon.
Pada
pertemuan itu Jyrki mengingatkan agar pemerintah tidak khawatir dengan kenaikan
upah minimum. Sebab, hal itu wajar dan menjadi salah satu tuntutan utama kaum
pekerja di berbagai belahan dunia. “Itu tidak hanya terjadi di Indonesia tapi
juga (negara Asia Pasifik lainnya,-red) China, Vietnam, Kambojadan India,”
katanya dalam jumpa pers di Jakarta, Jumat (14/2).
Jyrki
menjelaskan, kenaikan upah minimum adalah win-win solution bagi semua pihak.
Pasalnya, sebagian besar penghasilan pekerja digunakan untuk konsumsi guna
memenuhi kebutuhan hidup setiap hari. Hal itu mendorong pertumbuhan ekonomi
karena barang-barang produksi dapat diserap masyarakat. Dengan pertumbuhan
ekonomi itu maka lapangan kerja baru akan terbuka.
Jika
selama ini ada pandangan yang menyatakan kenaikan upah minimum akan menghambat
investasi, Jyrki menampiknya. Sebab, secara umum upah bukan hal yang
dipersoalkan dalam investasi langsung, tapi lebih kepada penerapan teknologi
tinggi. Oleh karenanya Jyrki melihat investasi langsung yang masuk ke Indonesia
bakal cenderung meningkat.
Begitu
pula dengan inflasi, menurut Jyrki kenaikan upah tidak menyebabkan naiknya
harga-harga barang. Sebab harga-harga sejumlah komoditas mengacu pasar
internasional, seperti minyak, gas dan listrik. Selain itu ongkos pekerja dalam
setiap produk atau komoditas tergolong sangat sedikit, sekitar 3-10 persen.
Jyrki
mencatat semua negara Asia Pasifik menaikan besaran upah minimum. Seperti
China, dalam lima tahun terkahir rata-rata kenaikannya 15-20 persen setiap
tahun. Sehingga saat ini upah minimum pekerja lajang di Shanghai, China sebesar
$260 Dollar AS setiap bulan. Bangladesh tahun ini naik 77 persen ketimbang
tahun lalu, dari $38 Dollar AS menjadi $67 Dollar AS dan Kamboja sudah
mengalami kenaikan walau belum sesuai harapan serikat pekerja.
Selain
itu Jyrki mendukung tuntutan serikat pekerja di Indonesia yang mendesak
digulirkannya Jaminan Kesehatan dan Sosial untuk seluruh rakyat. Menurutnya,
jaminan itu merupakan kebutuhan dasar dan perlindungan bagi rakyat Indonesia.
Soal outsourcing, Jyrki mengapresiasi kebijakan pemerintah Indonesia. Pasalnya,
pemerintah menggulirkan Permenakertrans Outsourcing yang salah satu intinya
membatasi outsourcing jenis penyedia jasa pekerja.
Walau
mengapresiasi perkembangan gerakan serikat pekerja di Indonesia, Jyrki
menyayangkan tindakan premanisme yang menghalangi serikat pekerja menggunakan
hak-haknya. Baginya, peristiwa itu merupakan pelanggaran berat terhadap hak-hak
pekerja. Mestinya pemerintah Indonesia melakukan perlindungan kepada pekerja
yang melaksanakan hak-haknya. “Kami sangat kaget gerakan serikat pekerja
dihadapkan dengan kelompok preman,” kesalnya.
Pada
kesempatan yang sama Presiden KSPI, Said Iqbal, menjelaskan di Indonesia
terdapat 11 serikat pekerja yang berafiliasi dengan IndustriALL, salah satunya
federasi yang tergabung dalam KSPI yaitu FSPMI. Melanjutkan Jyrki, Iqbal,
mengatakan untuk upah minimum 2015, serikat pekerja mendorong agar kenaikannya
secara nasional rata-rata 30 persen. Tuntutan itu akan disesuaikan dengan
berbagai hal yang kemungkinan berkembang tahun depan misalnya pertumbuhan
ekonomi.
Iqbal
memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan lebih baik ketimbang
tahun ini. Pasalnya, tahun ini akan digelar Pemilu. Menyikapi hal itu para
investor cenderung menunggu sampai terpilih pemerintahan baru. Keyakinannya itu
semakin bertambah ketika Menkeu mengatakan Indonesia masuk ke dalam negara
berpenghasilan menengah. Sehingga, untuk beranjak menjadi negara maju upah dan
produktifitas pekerja harus ditingkatkan. “Produktifitas harus ditingkatkan
kami setuju,” tandasnya. (hukumonline.com)
No comments:
Post a Comment