Saturday, February 15, 2014

Wahai Ummul Mukminin


Terkisah dari Said bin al-Ash bahwa Ummu Habibah berkata kepadanya, "Ketika aku tidur, aku bermimpi bahwa wajah suamiku, Ubaidillah bin Jahsy, seakan-akan kelihatan amat buruk. Aku pun terbangun dan berkata, Demi Allah, keadaan suamiku telah berubah. Di pagi harinya, suamiku berkata, Wahai Ummu Habibah, aku melihat tidak ada agama yang lebih baik selain agama Kristen. Dahulu aku telah memeluknya, lalu aku masuk ke dalam agama Muhamad (Islam), tetapi mulai saat ini aku kembali lagi ke agamaku semula, Kristen. Ummu Habibah kemudian berkata, Demi Allah, di sana tidak ada kebaikan untukmu. Lalu aku memberitahukan mimpiku itu kepadanya tetapi dia tidak mempedulikannya. Dia justru tenggelam dalam minuman keras hingga ajalnya tiba. Keesokan harinya, aku bermimpi lagi, Aku melihat seseorang mendatangiku seraya memanggilku dengan sebutan Ummul Mukminin. Aku kaget dan aku takwilkan bahwa Rasulullah Saw akan menikahiku."
Ummu Habibah berkisah, "Saat itu, masa iddahku telah selesai dan aku menerima kedatangan utusan raja al-Najasyi di depan pintu rumahku. Utusan itu bernama Abrahah dan dia datang dengan membawa pakaian dan minyak wangi yang memang sengaja dipersiapkan untukku. Aku mempersilakan masuk dan dia kemudian berkata, Raja menitipkan pesan untukmu, Rasulullah menulis surat kepadaku (raja Najasyi) agar aku menikahkan beliau denganmu. Dan raja juga meminta kepadamu agar memilih seorang wakil untuk menikahimu."
Setelah itu, Ummu Habibah mengirim utusan kepada Khalid bin Said bin al-Ash, untuk meminta kesediaannya memawakili Rasulullah. Abrahah memberi gelang dari perak dan sepasang gelang kaki serta beberapa cincin perak untuk jari-jari kakinya sebagai rasa gembira atas berita ini.
Malam harinya, al-Najasyi menyuruh Ja'far bin Abi Thalib dan kaum Muslimin yang berada di sana agar menghadiri lamaran al-Najasyi untuk Rasulullah, dia berkata, "Segala puji bagi Allah, yang Maha memiliki, Maha suci, Maha penyelamat, Maha menguasai, Maha perkasa dan Maha memaksa. Aku bersaksi tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhamad adalah hamba dan utusan-nya dan dialah yang telah diberi kabar oleh Isa bin Maryam.”
Kata al-Najasyi melalui utusannya, “Rasulullah Saw menulis surat kepadaku agar aku menikahkannya dengan Ummu Habibah binti Abu Sufyan dan aku menerima seruan Rasulullah Saw. Dan, aku memberinya mahar sebesar 4000 dinar." Lalu utusan tadi menuangkan dinar itu di depan kaum Muslimin.
Kemudian Khalid bin Said berkata, "Segala puji bagi Allah, aku memuji-Nya, meminta pertolongan-Nya dan aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah  yang tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhamad adalah hamba dan utusan-Nya. Allah  SWT mengutusnya dengan petunjuk dan agama yang benar agar dia menampakkannya atas seluruh agama walaupun orang-orang musyrik tidak senang. Aku terima pinangan Rasulullah dan aku nikahkan beliau dengan Ummu Habibah binti Abu Sufyan. Semoga Allah SWT memberi keberkahan pada Rasulullah Saw."
Lantas dinar itu dibayarkan kepada Khalid bin Said bin al-Ash dan dia memegangnya. Ketika para hadirin ingin beranjak, Khalid berkata, "Duduklah, karena di antara sunnah para nabi, jika mereka menikah, mereka makan makanan yang telah disediakan." Khalid mengajak mereka makan, setelah itu mereka pulang.
Ummu Habibah mengatakan, "Ketika uang itu sampai kepadaku, aku mengirim utusan pada Abrahah yang telah memberiku kabar gembira dan aku berkata padanya, Aku memberimu apa yang tidak aku bisa beri saat itu, karena saat itu aku tidak punya uang. Ini 50 mitsqal, ambil dan bantulah aku dengan uang itu. Abrahah menolaknya dan mengembalikan semua uang yang aku berikan dan berkata, Raja telah berpesan padaku agar aku tidak mengambil sesuatu pun darimu. Akulah yang memakaikan pakaian dan minyak wangi dan aku telah mengikuti agama Muhamad Saw dan masuk Islam karena Allah SWT. Raja telah menyuruh para istrinya mengirimkan semua minyak wangi mereka untukmu."
Ummu Habibah berkata, "Esoknya aku dibawakan kesturi, anbar dan zabad lalu aku serahkan semuanya pada Rasulullah dan beliau tidak menolaknya.
Lalu Abrahah berkata, "Yang aku butuhkan darimu adalah engkau sampaikan salamku kepada Rasulullah dan kau beritahu beliau bahwa aku telah mengikuti agamanya."
Ummu Habibah mengungkapkan, "Abrahah memperlakukan aku dengan lemah lembut dan dialah yang mendandaniku. Setiap kali bertemu, dia selalu berkata agar aku tidak melupakan pesannya.
Setelah aku datang pada Rasulullah aku beritahu beliau bagaimana acara lamaran berlangsung dan apa yang telah diperbuat Abrahah. Nabi tersenyum dan menjawab salamnya, wa 'alaihassalaam warahmatullahi wabarakaatuh.

Karomah
Ibnu Abbas mengisahkan bahwa Islam masuk ke dalam hati Ummu Syuraik,[1] lalu dia masuk Islam. Saat itu, dia berada di Makkah menjadi istri Abul Askar al-Dusi. Diam-diam dia mendatangi wanita-wanita Quraisy, mengajak mereka masuk Islam, lalu usahanya itu tercium penduduk Makkah. Kemudian mereka menangkapnya dan mengancam, "Kalau bukan karena kaummu, kami akan membunuhmu, tetapi kami akan mengembalikanmu pada mereka."
Ummu Syuraik bercerita, "Lalu mereka membawaku dengan unta dan di bawahku tidak ada sesuatu pun. Mereka membiarkanku selama tiga hari, tidak memberiku makan dan minum. Ketika mereka sampai pada satu rumah, mereka menjemurku di bawah matahari dan mereka berteduh di bawahnya. Mereka juga tidak memberiku makan dan minum. Tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang dingin di dadaku, lalu aku meraihnya. Ternyata itu adalah sebuah timba. Aku meminumnya sedikit lalu timba itu tercabut dariku dan naik, lalu kembali lagi dan aku raih lalu aku minum darinya, kemudian dia naik lagi. Begitu terus sampai aku kenyang dan seluruh badan dan pakaianku basah. Ketika mereka bangun, mereka mendapatkan bekas air dan mereka melihatku baik-baik saja.”
Mereka bertanya, "Engkau melepaskan dirimu lalu mengambil tempat air kami dan meminumnya?" Ummu Syuraik menjawab, "Demi Allah, tidak." Lalu dia menceritakan semua yang terjadi.
Mereka berkata, "Jika kamu benar, maka agamamu lebih baik daripada agama kami." Ketika mereka melihat tempat minum, mereka mendapatinya seperti sedia kala, dan saat itu juga mereka masuk Islam.

Wanita yang Hijrah
Alkisah dari Rabi'ah bin Utsman dan Qudarah. Mereka berkisah bahwa mereka tidak mengenal wanita Quraisy yang keluar meninggalkan orang-tuanya untuk masuk Islam dan berhijrah selain Ummu Kultsum.[2]
Ummu Kultsum bertutur, "Aku keluar menuju kampung badui di mana di sana ada keluargaku, lalu aku bermalam tiga atau empat hari. Kampung itu berada di arah Tan'im. Kemudian aku pulang dan keluargaku tidak tahu kalau aku pergi ke kampung. Suatu hari aku pergi dari Makkah seakan-akan aku menuju kampung. Ketika orang yang mengikutiku kembali, tiba-tiba aku bertemu seorang dari Khuza'ah. Ketika dia menyebut Khuza'ah, aku tenang karena Khuza'ah masuk dalam perjanjian dengan Rasulullah.” Ummu Kultsum lalu memperkenalkan diri, "Aku wanita dari Quraisy dan aku ingin menyusul Rasulullah, tetapi aku tidak tahu jalan."
Seorang dari Khuza’ah langsung menyahut, "Aku akan menemanimu sampai Madinah." Lalu dia membawakan unta buat Ummu Kultsum. Kemudian Ummu Kultsum menungganginya dan dituntun oleh seorang dari Khuza’ah itu.
“Demi Allah, dia tidak berkata sepatah kata pun. Ketika dia menuntun unta itu, dia berpaling dariku dan ketika aku turun, dia membawa unta itu lalu mengikatnya di pohon dan dia bersandar pada batang pohon. Ketika mau berangkat, dia memegang unta dengan kuat lalu mendekatkannya padaku. Ketika aku telah naik, dia mengambil tali kekang unta itu dan tidak menoleh ke belakang sampai aku turun. Terus seperti itu sampai kami tiba di Madinah. Semoga Allah  membalasnya dengan kebaikan,” ucap Ummu Kultsum.
Dengan berniqab, tiba di Madinah, Ummu Kultsum menemui Ummu Salamah dan dia tidak mengenalinya sampai Ummu Kultsum membuka niqabnya. Lalu Ummu Salamah memeluknya dan berkata, "Engkau telah berhijrah menuju Allah dan Rasulullah Saw."
Ujar Ummu Kultsum, "Ya, aku takut dia akan mengembalikanku pada kemusyrikan seperti Abu Jandal dan Abu Bashir. Keadaan laki-laki tidak sama dengan keadaan wanita. Kaumku pasti curiga. Kali ini aku telah menghilang selama lima hari sejak aku tinggalkan mereka. Mereka pasti mencari-cariku selama aku pergi. Saat mereka tidak menemukanku, mereka pergi."  
Rasulullah Saw kemudian menyambangi Ummu Salamah. Melihat kedatangan Rasulullah, dia pun lalu mengabarkan tentang kedatangan Ummu Kulsum. Nabi pun menyambutnya penuh sukacita. Setelah itu, Ummu Kultsum berkata, "Aku berlari menuju tempatmu dengan agamaku, maka jagalah aku dan jangan engkau kembalikan aku kepada mereka yang akan memaksa dan menyiksaku. Aku tidak tahan terhadap siksaan, aku hanya seorang wanita yang lemah seperti yang engkau tahu."
Ummu Kultsum binti Uqbah bin Abu Muith al-Umawiyah telah lama masuk Islam dan telah berbaiat. Dia belum siap berhijrah sampai tahun ke-7. Dia berangkat hijrah pada tahun perjanjian Hudaibiyah,[3] seorang diri dia keluar dari Makkah. Saudaranya marah, lalu al-Walid keluar mencarinya dan mereka sampai di Madinah pada hari kedua Ummu Kulsum tiba di sana. Mereka lalu berkata kepada Nabi Muhamad, "Wahai Muhamad, penuhilah isi perjanjian kita."
Tapi, tiba-tiba Ummu Kultsum menyela, "Wahai Rasulullah, aku seorang wanita yang lemah, aku takut mereka akan memaksaku keluar dari Islam dan aku tidak sabar." Lantas Allah SWT membatalkan perjanjian dalam hal wanita dan menurunkan ayat ujian. Sehingga, Rasulullah Saw pun tidak mau mengembalikannya pada mereka.
Ibnu Sa'ad bercerita, "Ummu Kultsum adalah wanita pertama yang hijrah ke Madinah setelah hijrah Nabi dan kami tidak mengetahui wanita Quraisy lain yang keluar dari rumah orang-tuanya untuk berhijrah selain Ummu Kultsum, dan dia keluar dari Makkah sendirian."
Di Makkah dia belum menikah, lalu dia dinikahi oleh Zaid, lalu al-Zubair, kemudian Abdurrahman bin 'Auf[4], lalu Amru bin Ash. Dan beliau meninggal pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib.[5]
[


[1]Namanya Ghuzziyah binti Jabir bin Hakim al-Dusiyyah.
[2]Ummu Kultsum binti Uqbah bin Abi Mu'ith. Dia adalah saudari seibu Utsman bin Affan.
[3]Di antara isi perjanjian Hudaibiyah bahwa siapa saja dari Quraisy yang mendatangi Muhamad tanpa izin walinya, maka Nabi Saw harus mengembalikannya pada mereka.
[4]Melahirkan Ibrahim dan Humaid.
[5]Al-Ishâbah (4/491), Siyar A'lâm al-Nubala' (3/519, 520), Sirah Ibnu Hisyam (3/208), Al-Mustadrak (4/66,67).

No comments:

Post a Comment