Asma’ binti ‘Umais memeluk Islam sebelum Nabi Muhamad masuk ke Darul Arqam. Dia turut berhijrah bersama suaminya, Ja’far al-Thayyar, ke Ethiopia (Habsyah). Di tempat pengasingan tersebut dia melahirkan tiga putra, yaitu Abdullah, Muhamad dan ‘Aun. Kemudian dia ikut hijrah bersama suami dan anaknya ke Madinah, tahun ke-7 Hijriyah.
Pada bulan
Jumadil Ula (tahun ke-8 Hijriyah), Ja’far bin Abu Thalib, suami Asma’ ikut
bertempur dalam peperangan Mu’tah. Di sana, Allah memilih beliau di antara
sekian pasukan yang mendapatkan gelar
syahid di jalan-Nya.
Setelah meninggalnya Ja’far, Asma’ diperistri Abu Bakar al-Sidiq.
Ketika hendak melaksanakan haji wada’, beliau melahirkan seorang anak dari Abu
Bakar yaitu Muhamad, tempatnya di Dzul Khulaifah.
Diriwayatkan dari Abu Musa al-Asy’ari bahwa dia (Asma’)
berkata, “Telah sampai kepada kami mengenai rencana hijrah Rasulullah ke
Madinah, sementara kami ketika itu masih berada di Yaman. Saya bersama kedua
saudara tuaku, Abu Burdah dan Abu Rahm, beserta lebih dari lima puluh kaum
kami yang ikut berhijrah dengan mengendarai perahu hingga sampai di negeri raja
Najasyi. Di sana kami bertemu dengan Ja’far bin Abu Thalib yang memberi kabar, ‘Kami
diperintah Rasulullah untuk tinggal sementara di sini. Tinggallah di sini
bersama kami’."
Asma’ dan rombongannya pun mengikuti saran Ja’far, sampai
kemudian mereka bisa menjumpai Nabi Saw di perang Khaibar. Asma’ masuk ke dalam
rumah Hafshah binti Umar, istri Rasulullah. Ketika itu Umar masuk ke
rumah Hafshah, sedangkan Asma’ berada di sisinya, lalu Rasulullah
bertanya kepada Hafshah, “Siapakah wanita ini?”
Hafshah menjawab, “Dia adalah Asma’ binti Umais.”
Umar bertanya, “Diakah wanita yang datang dari negeri Habsyah
di seberang lautan?”
Asma’ menjawab, “Benar.”
Umar berkata, “Kami telah mendahului kalian untuk
berhijrah bersama Rasul, maka kami lebih berhak terhadap diri Rasulullah.”
Mendengar ucapan Umar itu, Asma’ marah dan tidak kuasa
membendung gejolak jiwanya sehingga beliau berkata, “Demi Allah, tidak. Kami
tahu kalian bersama Rasulullah, sedangkan beliau memberi makan bagi yang
kelaparan di antara kalian dan juga mengajari kebaikan bagi yang masih tidak
mengerti. Adapun kami, kami ada di suatu negri yang jauh, yakni Habsyah,
dan semua itu demi ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya.”
Kemudian Asma’ diam sejenak selanjutnya berujar, “Demi
Allah, kami tidak makan dan tidak minum sehingga apa yang kamu katakan akan aku
laporkan kepada Rasulullah. Kami diganggu dan ditakut-takuti, hal itu juga akan
aku sampaikan kepada beliau. Demi Allah, saya tidak berdusta, tidak menyimpang
atau menambah-nambah.”
Saat Rasulullah datang, Asma’ langsung melaporkan
perkataan Umar kepada beliau, dengan mengatakan, “Wahai Nabi Allah,
sesungguhnya Umar berkata begini dan begitu.”
Rasulullah bertanya kepada Umar, “Apa yang telah kamu katakan
kepada Asma’?”
Jawab Umar, “Aku katakan begitu dan begini.”
Selanjutnya Rasulullah berkata kepada Asma’: “Tiada
seorangpun yang berhak atas diriku melebihi kalian. Adapun dia (Umar) dan para
sahabatnya berhijrah satu kali, tetapi kalian ahlus safinah (yang
menumpangi kapal) telah berhijrah dua kali.”
Dikatakan bahwa ketika kabar kematian Muhamad bin Abu Bakar
sampai ke telinga Asma’, dia langsung ke tempat shalat seraya menahan bendungan
air mata, tanpa terasa darah mengalir dari payudaranya.
Ibnu Sakn mengeluarkan hadits kepada Sya’bi dengan sanad
yang shahih. Dia bercerita, ”Ketika Ali bin Abu Thalib menikah dengan
Asma’, kedua anaknya (Muhamad bin Ja’far dan Muhamad bin Abu Bakar) saling
mengolok-olok, ‘Saya lebih mulia daripada kamu, dan ayahku lebih baik daripada
ayahmu.’ Mendengar hal itu, Ali meminta
Asma’ melerai dan memberi petuah kepada keduanya. Maka Asma’ berkata, ‘Saya
tidak pernah melihat seorang pemuda yang lebih baik dari Ja’far, dan saya tidak
pernah melihat orang yang berumur lanjut yang lebih baik dari Abu Bakar. Ali
bertanya, ‘Terus menurutmu saya seperti apa?’”
Wanita
yang Mati Syahid Pertama dalam Islam
Sumayyah termasuk satu dari tujuh orang yang
memeluk Islam di masa awal. Beliau
adalah hamba sahaya (budak perempuan) Abu Hudzaifah bin Mughirah dan
juga ibu dari Amar bin Yasir. Suatu waktu, Rasulullah menyaksikan keluarga
Sumayyah: dia, anak dan suaminya. Mereka dilemparkan ke padang pasir yang
sangat panas. Di sanalah Rasulullah menyaksikan keluarga Muslim tersebut
disiksa secara kejam, di mana saat itu, Abu Jahal menusuk kemaluan Sumayyah dengan
tombak hingga menemui ajal. Melihat hal itu, Rasulullah langsung menengadahkan
tangannya ke langit sembari berseru, “Bersabarlah wahai keluarga Yasir karena
sesungguhnya tempat kembali kalian adalah surga.”
Ibnu
Sa'ad mengeluarkan hadits dari Mujahid dengan sanad yang shahih. Beliau
berkata, “Wanita syahid pertama dalam Islam adalah Sumayyah. Beliau adalah seorang
wanita yang tua renta saat dibunuh oleh Abu Jahal. Saat perang Badar,
Rasulullah berkata kepada Amar, ‘Semoga Allah membunuh orang yang telah membunuh ibumu’.”
Sumayyah termasuk dari sekian orang Muslim yang disiksa
di jalan Allah, selalu sabar menanggung cobaan yang sangat berat itu, dan
keislamannya disaksikan langsung oleh Rasulullah.
Di antara orang-orang pertama yang menyebarkan ajaran
Islam adalah Rasulullah, Abu Bakar, Bilal bin Rab’ah, Suhaib bin Sinan, Khabbab
bin Art dan Sumayyah ibu Amar bin Yasir.
No comments:
Post a Comment