Monday, February 10, 2014

Perempuan yang Pernah Hijrah Dua Kali


Asma’ binti ‘Umais memeluk Islam sebelum Nabi Muhamad masuk ke Darul Arqam. Dia turut berhijrah bersama suaminya, Ja’far al-Thayyar, ke Ethiopia (Habsyah). Di tempat pengasingan tersebut dia melahirkan tiga putra, yaitu Abdullah, Muhamad dan ‘Aun. Kemudian dia ikut hijrah bersama suami dan anaknya ke Madinah, tahun ke-7 Hijriyah.
Pada bulan Jumadil Ula (tahun ke-8 Hijriyah), Ja’far bin Abu Thalib, suami Asma’ ikut bertempur dalam peperangan Mu’tah. Di sana, Allah memilih beliau di antara sekian  pasukan yang mendapatkan gelar syahid di jalan-Nya.
Setelah meninggalnya Ja’far, Asma’ diperistri Abu Bakar al-Sidiq. Ketika hendak melaksanakan haji wada’, beliau melahirkan seorang anak dari Abu Bakar yaitu Muhamad, tempatnya di Dzul Khulaifah.
Diriwayatkan dari Abu Musa al-Asy’ari bahwa dia (Asma’) berkata, “Telah sampai kepada kami mengenai rencana hijrah Rasulullah ke Madinah, sementara kami ketika itu masih berada di Yaman. Saya bersama kedua saudara tuaku, Abu Burdah dan Abu Rahm, beserta lebih dari lima puluh kaum kami yang ikut berhijrah dengan mengendarai perahu hingga sampai di negeri raja Najasyi. Di sana kami bertemu dengan Ja’far bin Abu Thalib yang memberi kabar, ‘Kami diperintah Rasulullah untuk tinggal sementara di sini. Tinggallah di sini bersama kami’."
Asma’ dan rombongannya pun mengikuti saran Ja’far, sampai kemudian mereka bisa menjumpai Nabi Saw di perang Khaibar. Asma’ masuk ke dalam rumah Hafshah binti Umar, istri Rasulullah. Ketika itu Umar masuk ke rumah Hafshah, sedangkan Asma’ berada di sisinya, lalu Rasulullah bertanya kepada Hafshah, “Siapakah wanita ini?”
Hafshah menjawab, “Dia adalah Asma’ binti Umais.”
Umar bertanya, “Diakah wanita yang datang dari negeri Habsyah di seberang lautan?”
Asma’ menjawab, “Benar.”
Umar berkata, “Kami telah mendahului kalian untuk berhijrah bersama Rasul, maka kami lebih berhak terhadap diri Rasulullah.”
Mendengar ucapan Umar itu, Asma’ marah dan tidak kuasa membendung gejolak jiwanya sehingga beliau berkata, “Demi Allah, tidak. Kami tahu kalian bersama Rasulullah, sedangkan beliau memberi makan bagi yang kelaparan di antara kalian dan juga mengajari kebaikan bagi yang masih tidak mengerti. Adapun kami, kami ada di suatu negri yang jauh, yakni Habsyah, dan semua itu demi ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya.”
Kemudian Asma’ diam sejenak selanjutnya berujar, “Demi Allah, kami tidak makan dan tidak minum sehingga apa yang kamu katakan akan aku laporkan kepada Rasulullah. Kami diganggu dan ditakut-takuti, hal itu juga akan aku sampaikan kepada beliau. Demi Allah, saya tidak berdusta, tidak menyimpang atau menambah-nambah.”
Saat Rasulullah datang, Asma’ langsung melaporkan perkataan Umar kepada beliau, dengan mengatakan, “Wahai Nabi Allah, sesungguhnya Umar berkata begini dan begitu.”
Rasulullah bertanya kepada Umar, “Apa yang telah kamu katakan kepada Asma’?”
Jawab Umar, “Aku katakan begitu dan begini.”
Selanjutnya Rasulullah berkata kepada Asma’: “Tiada seorangpun yang berhak atas diriku melebihi kalian. Adapun dia (Umar) dan para sahabatnya berhijrah satu kali, tetapi kalian ahlus safinah (yang menumpangi kapal) telah berhijrah dua kali.”
Dikatakan bahwa ketika kabar kematian Muhamad bin Abu Bakar sampai ke telinga Asma’, dia langsung ke tempat shalat seraya menahan bendungan air mata, tanpa terasa darah mengalir dari payudaranya.
Ibnu Sakn mengeluarkan hadits kepada Sya’bi dengan sanad yang shahih. Dia bercerita, ”Ketika Ali bin Abu Thalib menikah dengan Asma’, kedua anaknya (Muhamad bin Ja’far dan Muhamad bin Abu Bakar) saling mengolok-olok, ‘Saya lebih mulia daripada kamu, dan ayahku lebih baik daripada ayahmu.’ Mendengar hal itu,  Ali meminta Asma’ melerai dan memberi petuah kepada keduanya. Maka Asma’ berkata, ‘Saya tidak pernah melihat seorang pemuda yang lebih baik dari Ja’far, dan saya tidak pernah melihat orang yang berumur lanjut yang lebih baik dari Abu Bakar. Ali bertanya, ‘Terus menurutmu saya seperti apa?’”

Wanita yang Mati Syahid Pertama dalam Islam
Sumayyah termasuk satu dari tujuh orang yang memeluk Islam di masa awal. Beliau  adalah hamba sahaya (budak perempuan) Abu Hudzaifah bin Mughirah dan juga ibu dari Amar bin Yasir. Suatu waktu, Rasulullah menyaksikan keluarga Sumayyah: dia, anak dan suaminya. Mereka dilemparkan ke padang pasir yang sangat panas. Di sanalah Rasulullah menyaksikan keluarga Muslim tersebut disiksa secara kejam, di mana saat itu, Abu Jahal menusuk kemaluan Sumayyah dengan tombak hingga menemui ajal. Melihat hal itu, Rasulullah langsung menengadahkan tangannya ke langit sembari berseru, “Bersabarlah wahai keluarga Yasir karena sesungguhnya tempat kembali kalian adalah surga.”
            Ibnu Sa'ad mengeluarkan hadits dari Mujahid dengan sanad yang shahih. Beliau berkata, “Wanita syahid pertama dalam Islam adalah Sumayyah. Beliau adalah seorang wanita yang tua renta saat dibunuh oleh Abu Jahal. Saat perang Badar, Rasulullah berkata kepada Amar, ‘Semoga Allah membunuh orang yang telah membunuh ibumu’.”
Sumayyah termasuk dari sekian orang Muslim yang disiksa di jalan Allah, selalu sabar menanggung cobaan yang sangat berat itu, dan keislamannya disaksikan langsung oleh Rasulullah.
Di antara orang-orang pertama yang menyebarkan ajaran Islam adalah Rasulullah, Abu Bakar, Bilal bin Rab’ah, Suhaib bin Sinan, Khabbab bin Art dan Sumayyah ibu Amar bin Yasir.

No comments:

Post a Comment