Thursday, April 3, 2014

Orang yang Paling Besar Dosanya


Dari Sufyan, suatu hari dia menyebut seorang wanita penduduk Kufah yang amat tekun beribadah dan Sufyan amat berlebihan dalam menyebutnya. Lalu aku bertanya, "Ucapan apa yang kau ingat darinya?" Dia berkata, "Kalau ada yang menyeru dari langit maka kebanyakan manusia akan mati dalam kejahatan dan aku melihat bahwa diriku-lah yang pertama merasakan kematian." Dia juga berkata, "Panjang angan-angan memperlambat aku dari jalan keselamatan."

Orang-Orang yang Menahan Amarah
Dari Ibnu al-Sammak, dia berkisah bahwa seorang budak milik wanita Quraisy melakukan sebuah kesalahan, lalu wanita itu mau mencambuknya. Ketika dia telah dekat dengan budaknya, dia melempar cambuknya dan berkata, "Ketakwaan tidak membiarkan seorang pun melampiaskan amarahnya."

Tidur Kematian
Suwaid bin Amr al-Kalbi mengabarkan kepada kami, "Ada seorang wanita ahli ibadah di Ghina. Dia tidak tidur pada malam hari kecuali sedikit, lalu dia dicela karena hal itu. Dia berkata, "Cukuplah kematian dan panjangnya tidur dalam kubur untuk tidur bagi orang-orang yang beriman." Dia berpuasa pada hari yang panas sampai warna kulitnya hitam dan wajahnya berubah. Dikatakan kepadanya tentang hal itu dan dia bertutur, "Aku mencari kenyang dan puas dari dahaga di akhirat."
Dia menangis sampai tempat air matanya mengalir di wajahnya menghitam. Muhamad bin al-Nadhr dan para sahabatnya mendatanginya, lalu berbincang dengannya selama satu jam. Kemudian dia berkata, "Bangunlah, bicara di sana bagus, di tempat yang tidak ada kegelisahan, kematian dan keletihan."

Beberapa Berita Hafshah binti Sirin
Dari Hisyam, bahwa Hafshah masuk ke masjidnya lalu melaksanakan shalat Dzuhur, Ashar, Magrib, Isya' dan Subuh dan dia tetap berada di sana sampai matahari tinggi, lalu dia shalat kemudian dia keluar. Saat itulah dia berwudhu dan tidur sampai jika panggilan shalat datang, dia kembali ke masjidnya seperti semula.
Hisyam bin Hasan berkata, "al-Hudzail bin Hafshah mengumpulkan kayu bakar pada musim panas, lalu dia mengulitinya dan mengambil batang kayu lalu membelahnya. Hafshah berkata, "Aku kedinginan." Jika datang musim dingin, dia membawa tungku api dan meletakkannya di belakang Hisyam saat dia berada di mushallanya. Kemudian dia duduk dan menyalakan kayu bakar yang telah dikuliti dan batang kayu yang telah dibelah sebagai bahan bakar yang asapnya tidak mengganggu dan membuatku hangat. Mereka tinggal cukup lama dengan kayu bakar itu dan ada orang yang mencukupinya kalau dia memerlukan sesuatu.
Terkadang aku ingin kembali kepadanya, maka aku berkata, "Anakku, kembalilah ke keluargamu, kemudian dia menyebutkan apa yang dia inginkan lalu aku membiarkannya.
Hafshah berkata, "Ketika dia wafat, Allah memberiku kesabaran yang amat besar, tetapi rasa sedih itu tidak juga hilang. Pada suatu malam, aku membaca surat an-Nahl dan sampai pada ayat:
"Dan janganlah kamu tukar perjanjianmu dengan Allah dengan harga yang sedikit (murah). Sesungguhnya apa yang ada di sisi Allah, itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik daripada apa yang telah mereka kerjakan." (QS An-Nahl [16]: 95-96).
lalu aku mengulanginya dan Allah menghilangkan kesedihanku."
Hisyam berkata, "Anaknya memiliki unta yang bisa diperas susunya." Hafshah berkata, "Pagi hari dia mengirimiku susu, lalu aku berkata, Anakku, kau tahu bahwa aku tidak meminumnya, aku sedang berpuasa. Dia berkata, Ibu, susu terbaik ada pada kantung kelenjar susu unta, berilah minum pada orang yang kau inginkan."
Dari Hisyam bin Hasan, dia berkata, "Hafshah membeli seorang jariyah, aku menyangka dia orang Sindi (dekat India). Dia ditanya, "Bagaimana pendapatmu tentang majikanmu?" Ibrahim ingat sebuah ucapan dalam bahasa Persia yang ditafsirkan dengan "Dia itu wanita yang salehah, tetapi dia melakukan satu dosa besar yaitu semalam suntuk dia menangis dan shalat."
Abdul Karim bin Mu'awiyah berkata, "Disebutkan kepadaku tentang Hafshah, bahwa dia membaca setengah al-Quran setiap malam, berpuasa terus menerus dan hanya berbuka pada dua hari raya dan hari-hari tasyriq."
Hisyam bin Hasan bertutur, "Aku melihat al-Hasan dan Ibnu Sirin dan aku tidak melihat seorang yang lebih cerdas daripada Hafshah."
Dikisahkan oleh Hisyam dari Hafshah, dia berkata, "Hafshah memiliki kain kafan yang dia siapkan. Jika dia berhaji dan berihram, dia memakainya. Jika 10 malam terakhir bulan Ramadhan, dia bangun malam dan memakainya."
Dari Hisyam, dia berkata bahwa Ummu Sulaim bin Sirin bercerita kepadaku, dia berkata, "Mungkin cahaya untuk Hafshah binti Sirin adalah rumahnya."
Hisyam menceritakan, "Hafshah binti Sirin menyalakan lampunya pada malam hari kemudian dia shalat di mushallanya dan terkadang dia memadamkan lampu dan rumahnya tetap terang sampai pagi."

No comments:

Post a Comment