Dari Sufyan, suatu hari dia menyebut seorang wanita penduduk Kufah yang amat tekun beribadah dan Sufyan amat berlebihan dalam menyebutnya. Lalu aku bertanya, "Ucapan apa yang kau ingat darinya?" Dia berkata, "Kalau ada yang menyeru dari langit maka kebanyakan manusia akan mati dalam kejahatan dan aku melihat bahwa diriku-lah yang pertama merasakan kematian." Dia juga berkata, "Panjang angan-angan memperlambat aku dari jalan keselamatan."
Orang-Orang yang Menahan Amarah
Dari Ibnu al-Sammak, dia berkisah bahwa seorang budak milik wanita Quraisy melakukan sebuah kesalahan, lalu wanita
itu mau mencambuknya. Ketika dia telah dekat dengan budaknya, dia melempar
cambuknya dan berkata, "Ketakwaan tidak membiarkan seorang pun
melampiaskan amarahnya."
Tidur Kematian
Suwaid bin Amr al-Kalbi mengabarkan kepada kami, "Ada seorang wanita
ahli ibadah di Ghina. Dia tidak tidur pada malam hari kecuali sedikit, lalu dia
dicela karena hal itu.” Dia berkata, "Cukuplah kematian dan
panjangnya tidur dalam kubur untuk tidur bagi orang-orang yang beriman." Dia
berpuasa pada hari yang panas sampai warna kulitnya hitam dan wajahnya berubah.
Dikatakan kepadanya tentang hal itu dan dia bertutur,
"Aku mencari kenyang dan puas dari dahaga di akhirat."
Dia menangis sampai tempat air matanya mengalir di wajahnya menghitam. Muhamad
bin al-Nadhr dan para sahabatnya mendatanginya, lalu berbincang dengannya
selama satu jam. Kemudian dia berkata, "Bangunlah, bicara di sana bagus,
di tempat yang tidak ada kegelisahan, kematian dan keletihan."
Beberapa Berita Hafshah binti Sirin
Dari Hisyam, bahwa Hafshah masuk ke masjidnya lalu melaksanakan shalat Dzuhur,
Ashar, Magrib, Isya' dan Subuh dan dia tetap berada di sana sampai matahari
tinggi, lalu dia shalat kemudian dia keluar. Saat itulah dia berwudhu dan tidur
sampai jika panggilan shalat datang, dia kembali ke masjidnya seperti semula.
Hisyam bin Hasan berkata, "al-Hudzail bin Hafshah
mengumpulkan kayu bakar pada musim panas, lalu dia mengulitinya dan mengambil
batang kayu lalu membelahnya.” Hafshah berkata, "Aku kedinginan."
Jika datang musim dingin, dia membawa tungku api dan meletakkannya di belakang Hisyam saat dia berada di
mushallanya. Kemudian dia duduk dan menyalakan kayu bakar
yang telah dikuliti dan batang kayu yang telah dibelah sebagai bahan bakar yang
asapnya tidak mengganggu dan membuatku hangat. Mereka tinggal cukup lama dengan kayu bakar itu dan ada orang yang mencukupinya
kalau dia memerlukan sesuatu.
Terkadang aku ingin kembali kepadanya, maka aku berkata, "Anakku,
kembalilah ke keluargamu, kemudian dia menyebutkan apa yang dia inginkan lalu
aku membiarkannya.”
Hafshah berkata, "Ketika dia wafat, Allah memberiku kesabaran yang
amat besar, tetapi rasa sedih itu tidak juga hilang. Pada suatu malam, aku membaca surat an-Nahl dan sampai pada ayat:
"Dan janganlah kamu tukar perjanjianmu dengan Allah dengan harga yang
sedikit (murah). Sesungguhnya apa yang ada di sisi Allah, itulah yang lebih
baik bagimu jika kamu mengetahui. Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang
ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya kami akan memberi balasan
kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik daripada apa yang telah mereka kerjakan." (QS
An-Nahl [16]: 95-96).
lalu
aku mengulanginya dan Allah menghilangkan kesedihanku."
Hisyam
berkata, "Anaknya memiliki unta yang bisa diperas susunya." Hafshah
berkata, "Pagi hari dia mengirimiku susu, lalu aku berkata, ‘Anakku, kau tahu bahwa aku tidak meminumnya, aku sedang berpuasa.’ Dia berkata, ‘Ibu, susu terbaik ada pada kantung
kelenjar susu unta, berilah minum pada orang yang kau inginkan’."
Dari
Hisyam bin Hasan, dia berkata, "Hafshah membeli seorang jariyah, aku
menyangka dia orang Sindi (dekat India).” Dia ditanya, "Bagaimana
pendapatmu tentang majikanmu?" Ibrahim ingat sebuah ucapan dalam bahasa
Persia yang ditafsirkan dengan "Dia itu wanita yang salehah, tetapi dia
melakukan satu dosa besar yaitu semalam suntuk dia menangis dan shalat."
Abdul
Karim bin Mu'awiyah berkata, "Disebutkan kepadaku
tentang Hafshah, bahwa dia membaca setengah al-Quran setiap malam, berpuasa
terus menerus dan hanya berbuka pada dua hari raya dan hari-hari tasyriq."
Hisyam
bin Hasan bertutur,
"Aku melihat al-Hasan dan Ibnu Sirin dan aku tidak melihat seorang yang
lebih cerdas daripada Hafshah."
Dikisahkan oleh Hisyam dari Hafshah, dia berkata, "Hafshah memiliki kain
kafan yang dia siapkan. Jika dia berhaji dan berihram, dia memakainya. Jika 10
malam terakhir bulan Ramadhan, dia bangun malam dan memakainya."
Dari
Hisyam, dia berkata bahwa Ummu Sulaim bin
Sirin bercerita kepadaku, dia berkata, "Mungkin cahaya untuk Hafshah binti
Sirin adalah rumahnya."
Hisyam menceritakan, "Hafshah binti
Sirin menyalakan lampunya pada malam hari kemudian dia shalat di mushallanya
dan terkadang dia memadamkan lampu dan rumahnya tetap terang sampai pagi."
No comments:
Post a Comment