Abu Ja'far al-Said bercerita, "Telah sampai kepada kami tentang seorang wanita yang ahli ibadah. Dia melakukan shalat dhuha 100 rakaat setiap hari. Dia membaca:
Katakanlah,
"Dia-lah Allah, yang Maha Esa." (QS Al-Ikhlash [112]: 1).
Pada
siang hari sebanyak 1000 kali. Dia juga shalat malam tanpa beristirahat. Dia
pernah berkata kepada suaminya, "Bangunlah, sampai kapan kau tidur?
Bangunlah, wahai orang yang lalai. Bangunlah, wahai orang yang menganggur.
Sampai kau berada dalam kelalaianmu? Aku bersumpah padamu, kau hanya berusaha
mencari nafkah yang halal dan aku bersumpah padamu kau tidak akan masuk neraka
karena aku, berbuat baiklah pada ibumu, sambunglah tali silaturrahim dan jangan kau memutuskannya karena Allah akan
memutuskanmu."
Rumah yang Ada Neraka di Dalamnya?!
Abu
Iyash al-Qaththan berkata, "Telah sampai pada kami bahwa ada seorang raja
yang amat kaya dan dia mempunyai seorang putri semata wayang. Dia amat
menyayangi putrinya itu. Dia memanjakannya dengan beraneka ragam mainan. Hal
itu berlangsung bertahun-tahun. Di samping istana raja, tinggal seorang ahli
ibadah. Pada suatu malam dia membaca al-Quran dengan suara yang tinggi.:
"Hai
orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu." (QS At-Tahrîm [66]: 6).
Putri
itu mendengarnya lalu dia berkata kepada dayang-dayangnya, "Hentikan
itu!" Tetapi mereka tidak bisa menghentikannya. Lantas putri itu memasukkan tangannya ke kantungnya dan merobek
pakaiannya lalu para pengawalnya menghadap ayahnya dan melaporkan hal itu.
Ayahnya mendatanginya dan berkata, "Anakku sayang, kenapa kau ini sejak
semalam? Apa yang membuatmu menangis?" Kemudian dia
memeluk putrinya. Putrinya berkata, "Demi Allah, aku mau bertanya padamu,
apakah Allah SWT mempunyai rumah yang di dalamnya
ada api serta bahan bakarnya manusia dan batu?" Ayahnya menjawab,
"Ya." Putrinya bertanya lagi, "Apa yang menahanmu untuk memberitahuku,
ayah? Demi Allah, aku tidak akan memakan makanan yang lezat dan tidur di atas
kasur yang empuk sampai aku tahu, rumahku ada di surga atau neraka?"
Rasa Sedih Telah Menyembelihku
Seorang
laki-laki memandang seorang wanita lalu berkata, "Aku tidak pernah
melihat wanita secantik dan seelok engkau. Itu pasti kau jarang bersedih."
Wanita itu merespon, "Wahai
hamba Allah, demi Allah, rasa sedih akan membunuhku dan tidak ada orang yang akan
mengalaminya" Laki-laki itu bertanya,
"Bagaimana itu terjadi?" Wanita itu menjawab, "Suamiku
menyembelih seekor kambing qurban dan kedua anakku sedang bermain. Lalu anakku
yang paling besar berkata kepada adiknya, ‘Aku akan perlihatkan padamu apa yang
dilakukan ayah dengan kambing itu.’ Lalu dia mengikat adiknya dan
menyembelihnya. Kami tidak merasakan itu kecuali tangannya berlumuran darah.
Ketika semua panik, anak itu lari ke arah gunung lalu serigala menerkam dan
memakannya. Kami tidak tahu. Ayahnya yang mengikutinya dan mencarinya mati
kehausan, lalu aku hidup sendirian." Laki-laki itu kembali bertanya, "Bagaimana kau bisa bersabar?" Dia menjawab,
"Kalau aku melihat kesedihan, aku akan memikirkan apa yang aku pilih dalam
menghadapinya."
Aku Ingin Berjumpa Allah SWT
Abu
Bakar bin 'Ubaid mengisahkan Ubaidullah bin Muhamad
bercerita padanya bahwa dia mendengar seorang wanita
ahli ibadah berkata sambil menangis, "Demi Allah, aku sudah bosan hidup,
kalau kematian itu dijual, aku akan membelinya karena rinduku pada Allah SWT dan cintaku untuk bertemu dengan-Nya." Ubaidullah bertanya,
"Begitu yakinkah kau dengan amalmu?" Dia menjawab, "Demi Allah,
tidak. Tetapi cintaku pada-Nya dan baik sangkaku pada-Nya, apakah kau mengira Dia
akan menyiksaku sedangkan aku mencintai-Nya?"
Bersamaku Dzat yang Aku Minta Pertolongannya
Al-Hasan bin Ja'far mendengar ayahnya yang berkata, "Aku melewati sebuah rumah, tiba-tiba muncul seorang
nenek yang buta sedang menangis.” Nenek itu berkata,
"Wahai yang Maha Penyayang, manusia mendekatkan dirinya pada-Mu dengan
amal-amal mereka dan mereka berdoa pada-Mu dengan dosa-dosa dan tidak ada satu
amal pun yang aku ridhai? Ya Tuhan, berilah aku kasih sayang-Mu yang bisa
mencukupiku dan menyelamatkanku dari siksa-Mu."
Ja'far lalu berhenti di depannya, berbicara padanya, "Apakah kau mempunyai
anak?" Dia menjawab, "Tidak." Ja’far bertanya
lagi, "Kau bersama siapa di rumah ini?" Dia menjawab, "Subhanallah,
aku bersama Dzat yang aku seru, apakah aku akan kesepian sedangkan Dia adalah
temanku?" Ja'far berkata, "Dia membuatku menangis." Ja’far bertanya lagi, "Apa pekerjaanmu?" Dia
menjawab, "Tinggalkan apa yang tidak kamu perlukan, aku sudah tua dan aku
tidak perlu engkau dan selain engkau. Tidakkah kau membaca firman Allah SWT:
"Dan
Tuhanku, yang Dia memberi makan dan minum kepadaku. Dan apabila aku sakit,
Dialah yang menyembuhkan Aku." (QS Asy-Syu'arâ [26]: 79-80).
Ja’far berkata, "Izinkan aku mengunjungimu." Dia menjawab,
"Jika kau melakukannya atau kau sebut namaku, aku tidak mau." Lalu
dia menutup pintu.
Wara’
Dari
al-Abbas bin Sahm, seorang wanita yang salehah didatangi orang untuk
berbelasungkawa atas kematian suaminya. Dia sedang membuat adonan, lantas dia mengangkat tangannya dari adonan itu dan berkata,
"Makanan ini adalah sisa warisan yang ada."
Dengan
isnad dari Ibnu Ruh dari beberapa orang ulama, seorang wanita didatangi orang
untuk berbelasungkawa atas kematian suaminya. Lampu menyala, lalu dia
memadamkannya dan berkata, "Minyak ini adalah sisa warisan yang ada."
No comments:
Post a Comment