Friday, May 16, 2014

Pertaubatan Perancang Busana Perancis



Fabian, seorang peragawati Perancis, gadis berusia 28 tahun. Hidayah datang kepadanya saat dia tenggelam di dunia gemerlap, hingar bingar dan populer. Lalu dia berhenti, meninggalkan dunia itu dan segala isinya kemudian pergi ke Afghanistan untuk berkerja merawat Mujahidin Afghan yang terluka di tengah kondisi yang keras dan hidup yang sulit. Fabian bercerita:
"Kalau tidak karena karunia Allah SWT dan rahmat-Nya kepadaku, pasti hidupku akan sia-sia di dunia yang merendahkan martabat manusia, untuk sekadar menjadi hewan yang memuaskan keinginan dan nafsunya saja tanpa nilai-nilai dan prinsip."
Kemudian dia menuturkan kisahnya:
"Sejak kecil aku selalu bermimpi menjadi seorang perawat yang bekerja meringankan rasa sakit bagi anak-anak yang sakit. Seiring berjalannya waktu aku tumbuh besar dan semua pandangan tertuju pada kecantikan dan keanggunanku. Semua orang termasuk keluargaku mendorongku agar melupakan mimpi masa kecilku dan mendayagunakan kecantikanku untuk bekerja mencari keuntungan materi dan ketenaran serta semua yang diimpikan oleh setiap remaja dan mereka akan melakukan apa saja untuk sampai ke sana.
Jalan di depanku tampak mudah buatku dan secara cepat aku merasakan ketenaran dan hadiah-hadiah mahal yang tidak pernah aku bayangkan akan memilikinya membanjiriku. Tetapi harga yang harus dibayar begitu mahal. Pertama aku harus menanggalkan kemanusiaanku. Syarat keberhasilan dan bersinar adalah menghilangkan perasaan dan rasa malu yang selama ini aku dididik dengan itu. Aku kehilangan kecerdasanku dan aku tidak berusaha memahami sesuatu selain gerakan tubuh dan irama musik. Aku juga dilarang memakan semua makanan yang lezat. Aku hidup dengan vitamin kimia dan dopping. Aku kehilangan perasaan pada manusia, aku tidak membenci, aku tidak mencintai dan aku tidak menolak segala sesuatu.
Rumah mode menjadikanku sekadar patung yang bisa bergerak yang tugasnya hanya mengabaikan hati dan akal. Aku belajar bagaimana aku menjadi dingin, keras, angkuh dan kosong. Aku hanya menjadi bangkai yang mengenakan pakaian. Aku benda mati yang bergerak dan tersenyum tetapi tidak merasakan dan bukan aku seorang yang dituntut seperti itu. Setiap model yang menanggalkan kemanusiaannya akan bertambah nilainya di dunia yang dingin ini. Jika seorang model melanggar satu arahan, dia akan merasakan hukuman yang mencakup kekerasan psikis dan fisik.
Aku berjalan di dunia ini untuk memeragakan model pakaian yang paling baru, termasuk perhiasan, kesombongan yang mengikuti keinginan syaitan dalam mengeksploitasi kecantikan wanita tanpa rasa malu.
Aku tidak merasakan indahnya pakaian yang aku kenakan –kecuali hanya kehampaan dan kekerasan hati– di saat aku merasa pandangan yang menghinaku secara pribadi dan menghormati apa yang aku kenakan.
Setiap aku berjalan dan bergerak, selalu diiringi kata "kalau". Setelah aku masuk Islam aku tahu bahwa kata "kalau" akan membuka perbuatan syaitan,[1] dan itu benar. Dulu kami hidup di alam kehinaan dengan segala bentuknya dan celaka bagi orang yang memprotesnya dan mencoba merasa puas dengan pekerjaannya saja.
Kemudian dia berbicara tentang perubahannya yang mendadak dari kehidupan yang main-main dan tanpa nilai menuju kehidupan lain yang serius.
Ketika kami melakukan perjalanan ke Beirut, aku melihat bagaimana orang membangun hotel dan rumah di tengah-tengah kemelut perang. Dengan mataku sendiri aku melihat kehancuran sebuah rumah sakit untuk anak-anak di sana. Aku tidak sendirian, tetapi bersama teman-temanku sesama "patung manusia" dan mereka cukup melihat tanpa rasa peduli seperti biasanya.
Aku tidak bisa menghadapi kecuekan mereka. Dalam pandanganku saat itu, hilang segala ketenaran, kemuliaan dan kehidupan palsu yang aku jalani. Lalu aku terdorong untuk menyelamatkan anak-anak yang masih hidup. Aku tidak kembali ke teman-temanku di hotel di mana peragaan akan digelar. Lalu aku memulai perjalananku menuju kemanusiaan sehingga aku sampai pada jalan yang terang, yaitu Islam.
Aku meninggalkan Beirut, pergi ke Pakistan dan di perbatasan Afghanistan. Aku menjalani kehidupan yang sebenarnya dan aku belajar bagaimana menjadi seorang manusia.
Aku tinggal di sana selama 8 bulan. Aku membantu mengurus keluarga yang susah akibat perang. Aku suka hidup bersama mereka dan mereka juga baik kepadaku. Penerimaanku terhadap Islam sebagai agama dan aturan hidup bertambah lewat kehidupanku dan hidupku bersama keluarga Afghanistan dan Pakistan serta cara mereka yang disiplin dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian aku mulai belajar bahasa Arab, bahasa al-Quran.
Setelah aku membentangkan hidupku dari super model dunia, hidupku berjalan mengikuti prinsip-prinsip dan jiwa Islam."
Fabian menghadapi sikap rumah model dunia setelah dia masuk Islam. Mereka yakin dia akan menghadapi tekanan ekonomi yang sulit. Lalu mereka mengirimkan tawaran dengan melipat gandakan pemasukan bulanannya sampai tiga kali lipat dan dia tetap menolak keras. Mereka juga mengirim hadiah-hadiah mahal kepadanya agar dia kembali ke dunianya dan keluar dari Islam.
Fabian bercerita:
"Kemudian mereka berhenti merayuku untuk kembali. Lalu mereka berusaha menyebarkan gambarku di depan keluarga Afghanistan. Mereka menyebar sampul majalah yang dulu menampilkan fotoku saat aku bekerja sebagai model dan mereka menempelkannya di jalan-jalan seolah-olah mereka membalas dendam karena taubatku. Mereka mencoba memfitnah antara aku dan keluarga baruku dengan cara itu. Tetapi Allah SWT menggagalkan upaya mereka, Alhamdulillah."
Lalu Fabian melihat kedua tangannya dan berkata:
"Aku tidak pernah menyangka suatu hari tanganku yang berharga yang aku rawat kelembutannya sampai berjam-jam akan aku gunakan untuk melakukan pekerjaan yang berat di tengah gunung. Namun kesulitan menambah kemurnian dan kesucian tanganku. Dan kelak akan mendapat balasan yang baik di sisi Allah SWT. Semoga Allah SWT menghendaki." [2]


[1]Dalam hadits Abu Hurairah bahwa Rasulullah Saw bersabda, "Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disukai oleh Allah daripada mukmin yang lemah. Dalam segala hal ada kebaikan. Bersungguh-sungguhlah untuk sesuatu yang bermanfaat bagimu, minta tolonglah kepada Allah dan jangan kamu lemah. Jika sesuatu menimpamu, maka jangan kamu ucapkan, "Kalau saja aku melakukan ini dan itu." Tetapi katakanlah, "Telah menjadi ketetapan Allah dan apa yang Dia kehendaki akan terjadi. Karena kata-kata "kalau" akan membuka perbuatan syaitan." (HR Muslim (2664), Ibnu Majah (79), Ahmad (2/366) dan selainnya).
[2]Surat kabar al-Muslimûn, edisi (238), dari buku Al-'Aidûn Ila Allah (3/38-42).

No comments:

Post a Comment