Ubaidullah bin Muhamad al-Aisyi meriwayatkan, "Seorang wanita datang ke Bashrah bersama kedua orang anaknya. Belum genap satu tahun, kedua anaknya meninggal dunia. Lalu dia duduk di antara kuburan mereka. Dia berkata:
Keduanya yang aku lihat adalah milik Allah
Dekat denganku dan tempat berkunjung amat jauh
Mereka meninggalkan diriku tanpa air
Hitamnya hati yang menjadi pegangan berkeluh
Mereka tinggal di gurun yang tidak mereka inginkan
Mereka tidak bertanya pada rombongan, kau mau ke mana
Lalu
dikatakan kepadanya, "Coba kau temui Abdullah bin Abbas, lalu kau
ceritakan kepadanya." Lalu dia mendatangi Abdullah bin Abbas dan mengadu, "Wahai anak paman Rasulullah, aku tidak memiliki kerabat yang
menjagaku dan keluarga yang melindungiku. Aku bertanya tentang orang yang bisa
diharapkan bantuannya dan memberi orang yang meminta kepadanya. Lalu aku
ditunjukkan untuk menemuimu, maka lakukanlah satu dari tiga pilihan ini. Kau
penuhi kebutuhanmu, kau perbaiki silaturrahimmu ataukah kau kembalikan aku pada
keluargaku."
Lalu
Abdullah bin Abbas berkata, "Semuanya aku penuhi."[1]
Bukan Nabi Saw
Dikisahkan oleh Anas bin Malik r.a. bahwa saat perang
Uhud, penduduk Madinah kebingungan. Mereka berkata, "Muhamad telah
terbunuh sehingga banyak teriakan terdengar dari pelosok Madinah.” Lalu keluar seorang wanita Anshar dan dikatakan kepadanya bahwa
saudaranya, anaknya, dan suaminya dan ayahnya telah syahid di jalan Allah SWT. Anas
tidak tahu siapa yang mati syahid terlebih dulu. Ketika melewati orang yang
paling terakhir Anas bertanya, "Siapa ini?"
Mereka menjawab, "Saudaramu, ayahmu, suamimu dan anakmu." Wanita itu
bertanya, "Apa yang dilakukan Rasulullah Saw?" Mereka menjawab,
"Beliau ada di depan." Wanita itu pergi menyusul Rasulullah
Saw lantas dia mengambil ujung baju beliau. Kemudian wanita berujar, "Demi Allah, wahai Rasulullah
aku tidak peduli. Yang penting kau selamat."[2]
Zainab binti Ali bin Abi Thalib
Buku-buku
sejarah menyebutkan bahwa setelah kematian al-Husain bin Ali r.a. di Karbala,
keluarga al-Husain, di antaranya Zainab binti Ali, mendatangi Ubaidillah bin Ziyad, wali dari pihak Yazid bin
Mu'awiyah. Zainab memakai pakaian yang paling buruk, lalu menyamar. Ubaidillah
bertanya, "Siapa wanita yang duduk itu?" Zainab tidak berbicara,
sampai Ubaidillah bertanya tiga kali. Beberapa budak
perempuannya berkata, "Ini Zainab binti Fathimah.” Lantas Ubaidillah bertutur, "Segala puji bagi Allah yang telah mempermalukan kalian,
membunuh kalian dan mengingkari omong kosong kalian." Zainab pun mengucap, "Segala puji bagi Allah yang telah memuliakan kami dengan Muhamad
Saw, yang telah mensucikan kami, tidak seperti yang kau katakan. Yang
dipermalukan adalah orang fasik dan berdusta adalah orang yang berbuat
keji."
Ubaidillah
bertanya, "Bagaimana kau lihat apa yang dilakukan Allah pada
keluargamu?" Zainab menjawab, "Telah
diwajibkan atas mereka berperang, lalu mereka pergi ke tempat tidur. Allah akan
mengumpulkanmu dan mereka, lalu mereka akan saling berhujjah dan saling
bertengkar di depan Allah SWT." Ubaidillah berujar, "Allah telah menyembuhkanku dari kekejaman kalian –maksudnya
al-Husain r.a. dan anggota keluargamu yang durhaka." Zainab berujar, "Kau telah membunuh anak mudaku, mengeluarkan keluargaku,
memutus harapanku dan mencabut asalku. Jika ini menyembuhkanmu, kau telah
sembuh." Ubaidillah berkata, "Wanita ini sungguh berani. Sungguh,
ayahmu juga seorang pemberani." Zainab menukas,
"Lalu kenapa kalau wanita itu berani? Berani adalah pekerjaanku."
Ketika
Ubaidillah bin Ziyad memerintahkan untuk membunuh Ali bin al-Husain, bibinya
Zainab bin Ali bergelayut pada Ubaidillah dan berkata, "Wahai Ibnu Ziyad, cukuplah perbuatanmu pada kami. Apakah kau belum puas dengan
darah kami? Apakah kau menyisakan seorang dari kami? " Lantas dia memeluk anak saudaranya, Ali, dan
berucap, "Aku mengadukanmu pada Allah. Jika kau beriman, bila kau membunuhnya, bunuh aku juga." Ibnu Ziyad berkata pada
orang di sekitarnya, "Alangkah mengherankannya hubungan darah. Demi Allah,
aku menyangka dia suka kalau aku membunuh Ali, aku membunuh dia juga.
Tinggalkan dia, pergilah bersama kaum wanitamu."
Ketika
mendatangi Khalifah Yazid bin Mu'awiyah di Damaskus bersama beberapa orang
keluarganya yang selamat di Karbala, seorang Syam pengikut Yazid ingin
mengambil Fathimah binti Ali untuk dirinya. Lalu Fathimah bergelayut pada
saudarinya, Zainab, yang lebih tua darinya. Kemudian Zainab berkata, "Kau dusta. Kalau aku mati, Fathimah tidak
untukmu atau untuknya." Yazid bin Mu'awiyah marah dan mengancam, "Demi Allah, kau dusta. Fathimah untukku. Kalau aku mau, aku
akan melakukannya." Lantas Zainab berkata, "Tidak. Demi Allah,
Allah tidak menjadikan Fathimah untukmu,
kecuali kau keluar dari Islam dan pindah agama." Akhirnya Yazid meninggalkan mereka setelah menjamu mereka dan mengirim
mereka ke Madinah al-Munawwarah sebagai orang terhormat.
Di antara ucapan Zainab yang berkesan, "Siapa yang ingin makhluk
menjadi penolongnya di hadapan Allah, maka pujilah Allah. Tidakkah kau
mendengar ucapan mereka, Allah mendengar orang yang memuji-Nya?"
"Takutlah
pada Allah karena kekuasaan-Nya atasmu dan malulah pada-Nya karena kedekatanmu
pada-Nya."
No comments:
Post a Comment