BINUS University
SEBAGAI
sebuah perguruan tinggi, Bina Nusantara (BINUS) University cukup cerdas membaca
trend global. BINUS bertekad menjadi
universitas kelas dunia (world class
university). Untuk menggapai tekad itu, BINUS menerapkan standar mutu
internasional.
Mampukah
BINUS menggapai mimpi menjadi universitas kelas dunia? Untuk mengejar mimpi
itu, jelas Rektor BINUS University Prof. Harjanto Prabowo, BINUS telah
menerapkan standar mutu internasional ISO 9001 sejak tahun 1997 dan Malcolm‐Baldrige pada 2008. BINUS melakukan
pemeriksaan melalui audit mutu internal (AMI) secara periodik dua kali setahun.
Juga dilakukan audit mutu eksternal oleh auditor eksternal guna menjamin
pelaksanaan kegiatan berjalan baik dan ada perbaikan secara terus‐menerus (continuous improvement).
Selain
ISO 9001, kata Harjanto Prabowo, BINUS telah pula mengantongi sertifikasi mutu
internasional dari JAS‐ANZ,
UKAS, Service Excellence dan Malcolm Baldrige Performace Excellence for
Education. Hal ini menunjukkan bahwa BINUS memprioritaskan pengelolaan
proses/sistem pendidikan berkelas dunia yang berbasis pengetahuan. Ruang
lingkup ISO 9001:2008 tidak terbatas pada proses akademik saja tapi mencakup
semua proses yang dilakukan oleh unit‐unit
pendukung akademik.
Mutu
dimulai dari kualitas dosen atau staf pengajar. Sedari awal, BINUS berusaha
membangun standar mutu sistem pengajaran berkelas dunia. “Kalau di banyak
tempat, dosen mengajar, semua materi dibuat sendiri, secara sistem BINUS
mendesain materi standar. Matematika, siapa yang menyusun? Ya, kumpulan dosen
matematika yang menyusun materi standar lengkap untuk satu semester. Materi ini
di-sharing ke semua dosen, sejak hari
pertama kuliah. Bila terjadi sesuatu pada dosen, misal tidak masuk, materi ini
jadi pegangannya. Sama seperti pengelolaan, ada minimum SOP,” terang Harjanto
Prabowo.
Untuk
menjaga dan meningkatkan kualitas dosen, papar Harjanto, “Kami memiliki sistem
evaluasi kerja namanya peer review.
Misalnya dosen matematika, yang bisa mengaudit bukan dosen bahasa, tentu dosen
matematika juga. Praktiknya, dosen satu peer,
di waktu tertentu melakukan sharing
dalam bentuk rapat kecil atau seminar. Materi yang dibahas bisa materi yang
tertinggal atau pengkayaan materi. Contoh, dosen yang ke luar negeri tugas belajar,
ketika kembali dosen tersebut wajib sharing
ke peer-nya. Minimal standarnya
aman, dan pengkayaan materi lintas dosen satu peer.”
Dosen
berkualitas, lahir pula mahasiswa bermutu. “Ketika menerapkan standarisasi
ISO, kami berkomitmen 80% mahasiswa harus
lulus tepat waktu. Maka, kami
pun menggulirkan
budaya BINUSIAN, yakni sense
of closure,
ketuntasan, berani memulai berani mengakhiri. Kalau ditanya BINUSIAN berapa,
itu merujuk pada tahun lulusnya, bukan masuknya. Ini seperti di TNI. Jadi
mahasiswa yang masuk tahun 1999, namanya BINUSIAN 2003. Tahun harus lulus itu
digemborkan sense of closure dengan disuruh menyanyi 2003 saya harus lulus. Emosi
dibangkitkan. Mulanya mereka bingung juga, baru masuk kok sudah disuruh lulus. Tapi, itulah niat kami, agar mahasiswa
lulus tepat waktu, empat tahun,” papar Prof. Harjanto Prabowo.
Berkat
BINUSIAN berorientasi tahun lulus itulah, kini BINUS banyak diminati
calon-calon mahasiswa kendati tanpa gembar-gembor beriklan di media massa.
Jelas, ini sebuah pencapaian yang sangat apresiatif bagi perguruan tinggi
swasta yang bermula dari sebuah kursus komputer itu. Nilai-nilai disiplin,
kemauan, kerja keras, dan sederet nilai spirit lainnya sangat menentukan dan
menguatkan BINUS dalam perjalanannnya selama ini. Nilai-nilai tersebut
dikristalisasi dan disosialisasi dalam kultur organisasi secara terus-menerus,
dari generasi ke generasi.
Dalam
perjalanan waktu pula, tentu ada mahasiswa yang bermasalah, tidak tuntas tepat
waktu, kualitas kurang memuaskan, dan sejumlah persoalan lainnya. Di tengah
semakin membesarnya organisasi BINUS University, dibutuhkan pengelolaan
pengetahuan (knowledge management)
yang baik mengenai hal ini. Agar tidak terjadi bentrok, simpang siur, dan
protes berkepanjangan.
“Misalnya
kasus mahasiswa drop out. Setiap jurusan pasti mengalami. Kami membuat sistem
agar cara menanganinya sama. Sistem ini kami tuliskan. Jadi, ketua jurusan bisa
belajar dari kasus di jurusan yang lain. Lalu, banyak mahasiswa bertanya
tentang segala hal. Pertanyaannya kami kumpulkan dan kami rumuskan jawabannya.
Kini bila ada mahasiswa yang bertanya, mereka bisa melihat di website BINUS,”
terang Harjanto Prabowo.
BINUS
juga berusaha memperoleh gambaran lengkap mahasiswanya. Untuk mendata semua mahasiswa, baik yang berprestasi
maupun yang bermasalah, BINUS membentuk Student Advisory Center (SAC). Lembaga
ini bertanggung-jawab mendata profil mahasiswa secara komplit. Data ini
kemudian dapat digunakan untuk upaya dan model peningkatan mutu pembelajaran yang
tepat di BINUS. SAC, menurut Harjanto Prabowo, dibentuk untuk: Menyediakan
dukungan dan layanan bagi mahasiswa (akademik dan non‐akademik); Meningkatkan ”employability skills” mahasiswa; dan
Mengkoordinasikan berbagai kegiatan untuk membantu mahasiswa sejak tahun
pertama sampai lulus kuliah.
Buat
mengembangkan kemampuan diri dalam bidang soft
skill, jelas Harjanto lebih lanjut, SAC mengadakan pelatihan yang dapat
diikuti oleh seluruh mahasiswa. Materi pelatihan yang ditawarkan mulai dari Academic Study Skill, Self Management Skill,
People Management Skill, bahkan Career
Management Skill. Program ini bertujuan mempersiapkan lulusan BINUS agar
mampu bersaing dan berkompetisi di pasar global. “Dengan kemampuan
interpersonal dan intrapersonal yang tinggi diharapkan lulusan BINUS unggul
bersaing di dunia kerja,” ujarnya.
BINUS
University terus bergerak, memperbaiki diri, dan mengelola pengetahuan secara
baik buat menggapai mimpi universitas kelas dunia. Tak sebatas hubungan
internal dengan mahasiswa dan menjaga mutu dosen. Ke luar, BINUS pun aktif
merangkul dan mencerdaskan orang tua mahasiswa atau orang tua calon mahasiswa.
Harjanto Prabowo menyadari benar peran dan kontribusi yang berarti orang tua,
guru dan alumni bagi perkembangan BINUS. Banyak hal bisa disinergikan dengan
mereka.
“Kami
punya data, mahasiswa masuk BINUS karena rekomendasi guru, orang tua dan teman
kakak kelas. Kalau BINUS tidak berkomunikasi baik dengan orang tua, maka orang
tua nggak tahu BINUS. Orang tua kan
biasanya punya tetangga, punya teman, di
sini ada makna strategis marketing,” jelas Harjanto Prabowo.
Mengelola Pengetahuan Menuai
Kualitas
Visi
BINUS 20/20 mengusung mimpi menjadi A world‐class University …in continuous
pursuit of Innovation and Enterprise.
Sebuah mimpi yang harus dikejar melalui kerja keras, kerja tuntas, penuh
integritas dan disiplin kuat. Untuk mengejar mimpi itu, BINUS telah menerapkan
standar mutu internasional ISO 9001 sejak tahun 1997 dan Malcolm‐Baldrige pada 2008. Sejak itu BINUS
melakukan audit mutu internal (AMI) secara periodik dua kali setahun. Juga dilakukan
audit mutu eksternal oleh auditor eksternal guna menjamin pelaksanaan kegiatan
berjalan baik dan ada perbaikan secara terus‐menerus (continuous improvement).
Dalam
usahanya melahirkan lulusan terbaik, BINUS juga aktif mengaplikasian knowledge management. Secara
institusional, BINUS menyediakan minimal 12 wadah sebagai kawah candradimuka
agar muncul lulusan berkualitas terbaik. Sekadar contoh BINUS University
Learning Community (BULC). Dengan mengusung prinsip inovasi tiada henti, BINUS membuka BULC di beberapa kota besar di
Indonesia. Dimulai dari grand opening
BULC Pontianak di Kompleks Pontianak Mal, 12 Desember 2011. Rangkaian grand opening ini diisi dengan kunjungan
ke beberapa SMA yang menjalin kerjasama dengan BINUS University untuk High School Enrichment Program dan BINUS-Fun-Tastic.
Grand opening ini juga dihadiri oleh Rektor BINUS
University Prof. Harjanto Prabowo dan anggota Board of Management BINUS,
Stephen Wahyudi Santoso. Kegiatan grand
opening BULC diisi pula dengan Rector’s
Update mengenai “Perkembangan Universitas dan Penjelasan BULC” yang
dibawakan langsung oleh Prof. Harjanto Prabowo.
Pembukaan
BULC di Pontianak dilandasi oleh karena banyak siswa di Kalimantan Barat yang
ingin mengenyam pendidikan di BINUS University. Banyaknya alumni BINUS
University yang berasal dari Kalimantan Barat pun menjadi salah satu faktor
pendorong pembukaan BULC Pontianak sebagai wadah berbagi pengetahuan bagi
lulusannya yang banyak berkarya di sektor industri.
Dalam
hubungan internal, selama masa studi di BINUS, mahasiswa digodok betul dalam berbagai
wadah berbagi pengetahuan yang cukup variatif, aspiratif dan adaptif. Misalkan
untuk mencapai misi “Creating outstanding
leader for global community”, BINUS menyiapkan sarana bagi mahasiswa untuk
berorganisasi. Dengan sarana ini diharapkan mahasiswa dapat memperoleh
pengetahuan dan pengalaman non-akademis.
Saat
ini terdapat 32 jenis Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan 19 Himpunan Mahasiswa
Jurusan (HMJ). Setiap UKM dan HMJ memiliki jalur regenerasi masing‐masing. Secara umum, BINUS
menyiapkan empat langkah standar yaitu: Freshmen Enrichment Program (FEP),
Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK), Latihan Keterampilan Manajemen Mahasiswa
(LKMM) dan Training for Trainer (TfT). Selain langkah standar tersebut
disiapkan pula kurikulum standar untuk setiap tahapan. Dari satu tahapan ke
tahapan yang lain terdapat suatu aktivitas yang berguna buat memelihara
semangat dan seleksi masuk ke tahap berikutnya yang dikenal dengan Immersion
Program.
Untuk
menjaga kualitas akademik mahasiswa, BINUS menyediakan Student Advisory Center
(SAC). SAC merekam dan mendata semua profil mahasiswa, mulai dari yang
bermasalah sampai yang berprestasi. Data ini dapat digunakan untuk peningkatan
mutu pembelajaran di BINUS. Dengan data itu pula, SAC enyediakan dukungan dan
layanan bagi mahasiswa (akademik dan non‐akademik);
meningkatkan ”employability skills” mahasiswa;
dan mengkoordinasikan berbagai kegiatan untuk membantu mahasiswa sejak
tahun pertama hingga lulus kuliah. Guna mengembangkan kemampuan diri dalam
bidang soft skill, SAC menggelar
program pelatihan yang dapat diikuti oleh seluruh mahasiswa. Materi pelatihan
yang ditawarkan mulai dari Academic Study
Skill, Self Management Skill, People Management Skill, bahkan Career Management Skill. Berbekal kemampuan
interpersonal dan intrapersonal yang kuat, lulusan BINUS diharapkan unggul
bersaing di pasar global dan andal menjadi entrepreneur.
Masih
ihwal upaya menggapai mimpi menjadi universitas kelas dunia, BINUS merajut
kerjasama dengan kalangan industri melalui BINUS Career and Alumni Center
(BCAC). BCAC menjadi penghubung dunia
industri dengan mahasiswa dan lulusan BINUS --khususnya dalam pembinaan karir
dan penyaluran kerja. Salah satu media yang digunakan adalah job‐portal www.binuscareer.com yang diluncurkan
pada bulan Agustus 2000 dan telah digunakan oleh 7.937 perusahaan dengan jumlah
pencari kerja 57.463 orang yang semuanya berstatus mahasiswa atau lulusan
BINUS.
Target
utama BCAC adalah mencapai penyerapan industri terhadap lulusan BINUS dengan
jumlah minimum 50% lulusan bekerja atau berwirausaha saat wisuda serta 1 dari 3
lulusan bekerja di perusahaan global atau berwirausaha pada masa 6 bulan
setelah wisuda.
BCAC
juga membuka peluang karir bagi para BINUSIAN dengan memperluas jaringan kerja
di seluruh dunia --baik melalui program magang maupun penempatan kerja. Situs www.binuscareer.com
diharapkan menjadi suatu platform yang menghubungkan job‐seekers dan employers di mana proses rekrutmen dilakukan secara online tanpa batasan
waktu dan tempat.
BINUS
aktif pula mengundang kalangan industri --khususnya industri teknologi
informasi seperti Cisco System, Microsoft, Oracle dan SAP-- untuk melakukan
presentasi dan bilamana perlu langsung mengadakan tes rekrutmen. Rektor BINUS
University Prof. Harjanto Prabowo mengungkapkan pihaknya sempat diprotes oleh
PT Astra Internasional gara-gara multinasional itu tidak memperoleh lulusan
BINUS yang baru lulus. “Kemudian kami deal
dengan perusahaan agar datang lebih awal. Sekarang semester 4-5, Astra sudah
masuk presentasi, mereka yang mau ke Astra langsung dites dan bila lolos, saat
lulus dari BINUS, tinggal masuk kerja di Astra. Sudah diijon. Kami lebih
tenang,” terang Harjanto.
Diijon.
Ya, mahasiswa BINUS diijon. Tidak hanya oleh perusahaan dalam negeri. Prof.
Harjanto bercerita, “Mereka dites. Pada semester VII kami siapkan yang terbaik
untuk dikirim ke perusahaan-perusahaan di Singapura. Kami persiapkan kemampuan
bahasa Inggris. Banyak perusahaan Singapura bingung pakai cara apa kalau ingin ambil
lulusan kami. Sekali datang, jalur kebuka. Bukan ranking yang kami kejar, tapi
kualitas lulusan. Ranking itu hadiah saja.”
Kemudian
untuk mengasah skill entrepreneurship,
pada 11 Agustus 2004, BINUS membentuk BINUSIAN Entrepreneurial Community
(BECom). Melalui BECom, para anggotanya (dosen, karyawan, mahasiswa dan alumni)
dapat berbagi pengetahuan, pengalaman, informasi di bidang
entrepreneurship/bisnis serta menjalin network. Komunitas ini dikelola oleh
BINUS Entrepreneur Center (BEC). Kegiatan utamanya diskusi melalui mailing list
be_com@yahoogroups.com.
Selain berdiskusi secara online,
pertemuan tatap muka juga dilakukan dan biasanya dihadiri sekitar 100
mahasiswa. Sejak didirikan anggotanya terus bertambah dan saat ini mencapai
1.370 anggota.
Kini
80-85% lulusan BINUS lulus tepat waktu 4 tahun dan telah mampu memasuki pasar
kerja gobal. Banyak lulusan BINUS telah diserap oleh multinational company. Begitulah pengakuan Tho Lye Sam, Human
Resource Director IBM ASEAN, melihat banyaknya lulusan BINUS University yang
berhasil diterima di perusahaan multinasional. Dalam presentasinya bertajuk “Making the World Work Better” di
Singapura, Desember 2011, dia menilai lulusan-lulusan Indonesia (termasuk
lulusan BINUS University) untuk bidang
TI mampu mengadaptasi kebutuhan sumber daya manusia di perusahaan
multinasional, seperti IBM. ***
Boks
1:
Sekelumit Historis
BINUS
BINUS
University kini memiliki sekitar 30.000 mahasiswa. Semula hanya sebuah lembaga
kursus komputer di bilangan Grogol, Jakarta Barat, dengan nama Modern Computer
Course (MCC), di tahun 1974.
Berkat
landasan yang kuat, visi jelas, dan dedikasi tinggi yang berkesinambungan
menjadikan lembaga ini terus berkembang. Perjalanan BINUS selama hampir 40
tahun berkiprah di dunia pendidikan telah menorehkan banyak kenangan dan
pengalaman berharga buat sumbangsih kemajuan pendidikan di negeri Indonesia.
Secara garis besar, minimal, BINUS telah melalui tiga fase perkembangan yang
masing-masing mempunyai kekhasan dan pencapaian yang berbeda.
Fase
pertama adalah masa-masa perintisan. Fase ini diawali dengan pembentukan kursus
komputer Modern Computer Course (MCC) pada 21 Oktober 1974. Periode ini ditutup
dengan metamorfose MCC menjadi STMIK Bina Nusantara pada 1987. Ini merupakan
masa pertumbuhan yang amat cepat bagi BINUS. Dari sebuah garasi panti asuhan, kala
itu, Bapak BINUSIAN Joseph Wibowo mendirikan kursus komputer yang hanya mampu
menjaring tak lebih dari 10 orang siswa. Lambat namun pasti, di akhir fase
perintisan ini BINUS mampu berkembang memberi kehidupan bagi 3000 orang –baik
sebagai staf pengajar maupun karyawan—dan kini telah meluluskan lebih dari
60.000 mahasiswa.
Lalu
fase kedua, era kebangkitan. Pada fase ini terjadi transformasi BINUS dari
organisasi tunggal lantas mendiversifikasi dirinya ke beberapa unit kerja.
BINUS melakukan embarkasi ke berbagai ceruk kegiatan yang strategis, namun
tetap fokus di bidang pendidikan. Antara lain membuka program magister,
memasuki dunia sekolah menengah, dan membentuk pusat pelatihan. Beberapa unit
kerja mulai dibentuk. Fase ini ditandai dengan dimulainya penggunaan berbagai
perangkat manajemen untuk pengelolaan operasional yang prima (operational excellence). Penggunaan
berbagai perangkat manajemen ini telah melahirkan business process baru dan mumpuni yang membedakan BINUS dari
lembaga pendidikan yang lain. Juga menyetarakan BINUS dengan pengelolaan
operasional di organisasi berskala nasional dan multinasional.
Dan
fase ketiga dimulai tahun 2003 sampai sekarang. Sebenarnya fase ini sudah
direncanakan sejak era kebangkitan. Pada fase ini terjadi dua transformasi
organisasi yang cukup besar. Pertama, transformasi struktur organisasi lantaran
pada akhir 2004 BINUS kehilangan pendiri sekaligus Rektor pertama BINUS, Widia
Soerjaningsih. Kedua, transformasi BINUS menjadi sebuah organisasi yang
menaungi sembilan unit kerja, mulai dari kelahiran pre-school hingga membangun asrama modern mahasiswa BINUS Square.
Di sini terlihat BINUS tidak hanya berdiam diri menatap keberhasilan yang telah
dicapai. Strategi diversifikasi tetap dilakukan untuk dapat menyiapkan diri
menghadapi era global.
Kini
BINUS University telah tampil sebagai perguruan tinggi swasta (PTS) unggulan.
Di ajang PTS Unggulan 2012 Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis)
Wilayah III Jakarta, BINUS menjadi salah satu PTS Unggulan. Panitia Kopertis
Wilayah III menilai BINUS unggul dalam tiga bidang, yaitu Pengembangan Sistem,
Mutu Pembelajaran dan Karya Unggulan. Tahun sebelumnya, 2011, BINUS mampu
meraih Indonesian Quality Award (IQA) yang diselenggarakan IQA Foundation.
BINUS menjadi perguruan tinggi pertama di Indonesia yang mendapat penilaian
IQA. Bentuk penghargaan terhadap penilaian kinerja ekselen berbasis Malcolm
Baldrige Criteria for Performance Excellence (MBCfPE). Kriteria yang dinilai antara lain leadership, strategic planning, customer
focus, measurement analysis and knowledge management, workforce focus,
operations focus, student learning and process outcomes, customer-focused
outcomes, workforce-focused outcomes, leadership and governance outcomes,
budgetary financial dan market
outcomes.
BINUS
tidak hanya unggul di tingkat lokal. Di mata global, peringkat BINUS pun
tergolong bagus. Pada Januari 2013, Webometrics -- lembaga yang berafiliasi
dengan National Research Council, Spanyol—merilis bahwa BINUS University
menempati peringkat 11 di antara ribuan PTS yang ada di Indonesia. Tanpa
membedakan negeri dan swasta, BINUS menempati urutan 25 perguruan tinggi di
Indonesia dan 1848 tingkat dunia. Webometrics
melakukan penilaian atas dasar 4 kriteria: Visibility
(V), Size (S), Rich Files (R), dan Scholar (Sc) melalui website. ***
Boks
2:
Kiat Mendorong
Mahasiswa Lulus Tepat Waktu
Satu
hal menarik. BINUS mendorong mahasiswa disiplin dan lulus tepat waktu dengan menggulirkan
budaya BINUSIAN. Yakni, sense of closure,
ketuntasan, berani memulai berani mengakhiri.
Kiatnya
sederhana. Pemberian Nomor Induk Mahasiswa (NIM) merujuk tahun lulus seperti
tradisi di TNI. Misalkan mahasiswa BINUS yang masuk kuliah mulai awal September
2009, disebut dengan BINUSIAN 2013, diberi NIM 13000xxxxx. Angka 13 menandakan
bahwa tahun 2013 angkatan ini akan diwisuda. Artinya, kata Triwahjono –salah
seorang dosen BINUS—melalui blognya http://triwahjono.wordpress.com,
“Jika nanti tahun 2014 atau 2015 di kelas saya masih ada mahasiswa dengan NIM
13000xxxxx, maka berarti ia ‘mahasiswa kedaluwarsa’.”
Pemberian
NIM merujuk tahun lulus itu dimulai tahun 1999 dengan mengusung nama BINUSIAN
2003. “Memang nggak umum. Waktu itu,
kami menggulirkan apa yang namanya budaya BINUSIAN dengan mengusung nilai sense of closure, ketuntasan, berani
memulai berani mengakhiri. Itulah salah satu yang kami kedepankan,” jelas
Rektor BINUS University Prof. Harjanto Prabowo.
Kata
Harjanto lebih lanjut, “Memang terasa sedikit rumit waktu itu. NIM ditulis
dengan tahun lulus baru nomor urut si mahasiswa. Saat orientasi kampus,
mahasiswa baru waktu itu disuruh nyanyi lagu ‘2003 saya harus lulus .. 2003
saya harus lulus’. Secara emosi diajak, dibangkitkan. Bingung juga mereka, baru
masuk kok harus lulus. Niatnya on time,
empat tahun.”
Dengan
‘target lulus’ yang langsung disematkan pada NIM, mahasiswa jelas harus bekerja
keras, berkemauan kuat dan mengelola waktu sebaik-baiknya. Bilamana mereka
tidak berhasil mencapai target lulus, mereka akan menanggung malu. Sebuah kiat
sederhana namun bernas untuk melahirkan generasi cerdas, belajar tuntas dan
berdisiplin kuat. Kini, 80%-85% mahasiswa BINUS lulus tepat waktu 4 tahun.
Sense of closure hanya salah satu cara menanamkan
nilai ketuntasan dan kedisiplinan. BINUS masih memiliki banyak kiat agar
mahasiswa benar-benar menjadi manusia yang disiplin. Salah satunya, mahasiswa
baru yang diterima BINUS wajib menandatangani selembar perjanjian di atas
kertas warna merah jambu –akrab disebut “Perjanjian Merah Jambu” -- yang ditandatangani
orang tua di atas meterai Rp6.000. Banyak hal yang diperjanjikan antara Binus
dan mahasiswa baru, di antaranya menyatakan “Mahasiswa dilarang memeras milik
orang lain”. Sanksinya tegas. Mahasiswa yang melanggar perjanjian ini langsung
dikeluarkan. Dan, sampai sekarang tak pernah terdengar kabar mahasiswa BINUS
terlibat tindak kriminal dan tawuran massal. ***
Pembelajaran:
·
BINUS University Learning Community
(BULC). Menjaring
calon-calon mahasiswa potensial di 12 kota. Menjembatani alumni yang ingin
sharing pengalaman bekerja di dunia industri.
·
Binus Career and Alumni Center
(BCAC). Target
utama BCAC adalah mencapai penyerapan industri terhadap lulusan BINUS University
dengan jumlah minimum 50% lulusan bekerja atau berwirausaha saat wisuda serta 1
dari 3 lulusan bekerja di perusahaan global atau berwirausaha pada masa 6 bulan
setelah wisuda.
·
Ijon. Mahasiswa semester 4-5 yang
nilainya bagus menjalani tes personaliti. Hasil terbaik disiapkan, pada
semester 7 (rombongan) dikirim ke Singapura, lalu melakukan roundtable dengan perusahaan-perusahaan
Singapura. Beberapa di antarena mereka direkrut multinational company berbasis
di Singapura.
No comments:
Post a Comment