Salah satu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial di Indonesia, yaitu BPJS Ketenagakerjaan diperhitungkan sebagai pesaing oleh negara-negara maju yang memiliki kesuksesan dalam pengelolaan jaminan sosialnya.
Negara
tersebut terus berlomba meningkatkan inovasi social security di negaranya demi
tercapainya kemakmuran dan kesejahteraan rakyatnya.
"Perkembangan
Jaminan Sosial khususnya kawasan asia termasuk cepat. Sebut saja Fiji, India,
Singapura, Nepal, Australia, Filipina, dst. Hal tersebut terlihat ketika kami
di undang beberapa minggu lalu oleh Public
Service International (PSI) di Singapura.
PSI adalah
lembaga internasional yang concern terhadap perkembangan Social Security,"
kata Ketua Umum Serikat Pekerja BPJS Ketenagakerjaan, Abdurrahman Irsyadi di
Jakarta, Sabtu (4/1/14).
Pertemuan
itu merupakan kegiatan yang melibatkan 15 negara termasuk indonesia, untuk
membahas Quality Public Service (QPS) dan Decent Work dimana Pensiun dan
Jaminan Sosial menjadi topik yang relevan sebagai bahasan, sebagai bagian dari
penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan.
"Tentu
kami memiliki kepentingan utk berbagi informasi dan belajar tentang kondisi
Jaminan Sosial dinegara lain, Indonesia termasuk diperhitungkan oleh mereka
dalam kelolaan Jaminan Sosial," tambah Irsyadi.
Dikatakan,
presentasi skema Jaminan sosial yang dipaparkan dari berbagai negara menunjukan
banyaknya persamaan dengan BPJS Ketenagakerjaan, seperti skema jaminan sosial
untuk tabungan hari tua (THT) di Singapura terkenal dengan nama Central
Provident Fund (CPF).
Begitu pula
seperti di India, dimana pegawai pemerintah disediakan program pensiun dengan
iuran 1,17% perbulan. Sedangkan, untuk pekerja lainnya ada program berupa
provident fund dan social assistance, dimana kepesertaannya mencakup pekerja,
baik yang part-time, harian maupun kontrak, dan program ini bersifat wajib.
"Kami
berharap ketika program pensiun yang akan diterapkan oleh BPJS Ketenagakerjaan
nantinya harus lebih baik," ujar Irsyadi.
Lebih
lanjut Irsyadi mengatakan bahwa yang paling penting adalah suitanbility program
pensiun berjangka panjang. Kita tidak mau di kemudian hari program pensiun
menjadi pemicu krisis ekonomi sebagaimana yang terjadi di Yunani, amerika
latin, dan eropa. Kita harus mempunyai skema fondasi yang kuat dalam menyusun regulasi
dalam program pensiun.
"Sekalipun
BPJS Ketenagakerjaan baru seumur hitungan hari, dengan pengalaman pengelolaan
yang sudah dilakukan Jamsostek selama 36 tahun, dan dukungan dari berbagai
pihak, kami optimistis masa depan lembaga ini mampu bersaing dengan lembaga
Jaminan Sosial di dunia," pungkas Irsyadi. (www.pikiran-rakyat.com)
No comments:
Post a Comment