Direktur Utama PT Panin Bank Syariah Tbk Deny Hendrawati optimistis setoran Dana Pihak Ketiga (DPK) di banknya akan bertambah signifikan. Hal ini didorong oleh sudah ditunjuknya Bank Panin Syariah sebagai Bank Penerima Setoran Biaya Penyelengaraan Ibadah Haji (BPS BPIH).
Ia menjelaskan,
potensi kuota haji di Indonesia sekitar 240 ribu per tahun dan jumlah pendaftar
mencapai 420 ribu orang. "Kalau ditotal, setiap tahun bisa mencapai Rp 10
triliun, sedangkan umroh Rp 12-20 triliun per tahun," kata Deny dalam
konferensi pers, Rabu, 15 Januari 2014.
Bank Panin Syariah
hari ini resmi mencatatkan sahamnya di papan Bursa Efek Indonesia. Saham emiten
dengan kode PBNS tersebut dibuka pada harga Rp 100 per lembar saham. PNBS
merupakan emiten pertama yang mencatatkan sahamnya di papan bursa tahun ini.
Panin Syariah melepas 4,75 miliar saham dengan nominal dana yang didapatkan
sebesar Rp 475 miliar.
Deny menjelaskan
DPK Panin Syariah tahun lalu sekitar Rp 2,8 triliun. Tahun ini dia menargetkan
perolehan dana murah tersebut berkisar Rp 3,8-4 triliun. "Adanya modal,
baik dari IPO maupun sebagai BPS BPIH akan terus menambah DPK. Kami targetkan
nilai aset di atas Rp 5 triliun," tutur Deny. Total aset Panin Bank
Syariah saat ini mencapai Rp 4,1 triliun.
Adapun komposisi
pembiayaan bank tersebut tahun lalu mencapai Rp 2,6 triliun. Deny menargetkan
nilai pembiayaan itu bakal naik 30 persen pada tahun ini, atau menjadi sekitar
Rp 3,5 triliun. Pembiayaan tersebut masih didominasi oleh sektor Usaha Kecil
Menengah sebesar 55 persen.
Ia juga optimistis
dapat mempertahankan Net Interest Margin di angka 5 persen. Adapun rasio
kecukupan modal (CAR) pada akhir tahun lalu berada di angka 19 persen. Dengan
adanya modal baru dari IPO tersebut, Deny memprediksi CAR akan naik.
Meskipun ada
kenaikan suku bunga acuan (BI Rate) tahun lalu dan berpotensi memperketat
kondisi likuiditas perbankan, ia yakin rasio penyaluran pembiayaan banknya
(FDR) tetap baik. “Panin Syariah mampu mempertahankan FDR di angka 92 persen,”
kata Deny, "Walaupun CAR 19 persen, tetapi likuiditas menjadi yang
utama." (www.tempo.co)
No comments:
Post a Comment