Dituturkan dari Anas r.a. bahwa Ummu Sulaim bertanya kepada Rasulullah, “Apa pendapatmu, wahai baginda Rasul, jika perempuan bermimpi seperti laki-laki bermimpi dalam tidurnya, perempuan tersebut melihat dari dirinya apa yang dilihat laki-laki dari dirinya?”
Aisyah yang
tengah berada di samping Rasulullah menukas, “Wahai Ummu Sulaim, kamu telah
menyingkap aib perempuan,[1]
celakalah kamu.”
Rasulullah
berkata kepada Aisyah, “Bahkan kamu, kamulah yang celaka. Ya, Jika kamu
bermimpi seperti itu, mandilah wahai Ummu Sulaim.”
Dalam
riwayat lain diceritakan bahwa Ummu Sulaim bertanya, “Wahai baginda Rasulullah,
ini apa?”
Rasulullah
menjawab, “Ya, sperma laki-laki itu kental berwarna putih dan sperma perempuan
itu cair berwarna kuning. Maka seorang anak akan mirip dengan yang lebih kuat
dari keduanya.”[2]
Mengajari Tulis-menulis
Kaum Perempuan
Dia adalah
Syifa’ putri Abdullah bin Abd al-Syams. Dia masuk Islam sebelum hijrah. Bahkan,
dia merupakan salah satu dari perempuan pertama yang hijrah ke Madinah. Dia
juga ikut membaiat Nabi di Makkah. Dia termasuk salah satu perempuan cerdas dan
bermartabat. Rasulullah sering menemuinya dan istirahat di rumahnya,
sampai-sampai dia menyediakan selimut dan sarung khusus buat perlengkapan tidur
Rasul. Selimut tersebut disimpan oleh putranya, hingga kemudian diambil oleh
Marwan bin Hakam.[3]
Syifa’
berkisah, “Suatu hari, Nabi mengunjungi kami. Pada saat itu, saya bersama Hafshah.
Beliau berkata kepada saya, ajarkan perempuan ini (Hafshah) cara
mengobati luka yang keluar dari lambung, sebagaimana kamu mengajarinya menulis.”[4]
Suami-Istri yang Dicintai Allah SWT
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a.
bahwa pernah ada laki-laki mendatangi Nabi Saw, kemudian Rasulullah meminta
istri-istri beliau agar menyuguhinya makanan. Akan tetapi, mereka berkata,
"Kita sudah tidak punya apa-apa kecuali air minum.”
Lalu Rasulullah bertanya,
"Terus siapa yang akan menyuguhi
tamu ini?"
Laki-laki dari Anshar menjawab,
"Saya, wahai Rasulullah.” Kemudian laki-laki tersebut mengajak tamu Nabi
ke rumahnya. Dia berkata kepada istrinya di rumah, "Muliakanlah tamu Rasulullah
ini.”
Istrinya menjawab, "Kita
hanya punya persediaan makanan untuk bayi kita."
Lalu laki-laki itu kembali
berkata, "Persiapkan makanan, hidupkan lampu dan tidurkan bayimu jika
sudah larut malam."
Selanjutnya perempuan tersebut
menyiapkan makanan, menghidupkan lampu dan menidurkan bayinya. Lalu dia
berdiri, seakan-akan dia sedang memperbaiki lampu, terus dimatikan. Keduanya pun
menampakkan kepada tamunya seakan-akan mereka sudah makan. Hingga pagi
menjelang kedua suami-istri ini tidak makan.
Keesokan paginya kedua
suami-istri yang menjamu tamu Nabi tersebut menghadap Rasulullah Saw. Kepada
keduanya, Rasulullah mengatakan, "Semalam turun wahyu dan Allah SWT ridha
dan kagum pada perbuatan kalian berdua. Kemudian Allah menurunkan ayat:
“… Mereka (kaum
Anshar) mengutamakan (kaum Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun
mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya,
mereka itulah orang orang yang beruntung.” (QS al-Hasyr [59]: 9)
[1]Perempuan tersebut menceritakan
perkara yang dapat membuat kaum perempuan malu lantaran perkara tersebut sangat
mereka rahasiakan.
[2]Diriwayatkan oleh Imam Muslim
(310), Ibnu Majah (601), Nasaî (1/112), Darimi (764) dan Imam Ahmad (3/199.
271, 282).
[3] al-Ishâbah (4/341).
[4]Diriwayatkan oleh Imam Ahmad
(6/372) dan Abu Daud (3887).
No comments:
Post a Comment