Sunday, February 9, 2014

Tidak Perlu Malu dalam Urusan Agama


Dituturkan dari Anas r.a. bahwa Ummu Sulaim bertanya kepada Rasulullah, “Apa pendapatmu, wahai baginda Rasul, jika perempuan bermimpi seperti laki-laki bermimpi dalam tidurnya, perempuan tersebut melihat dari dirinya apa yang dilihat laki-laki dari dirinya?”
            Aisyah yang tengah berada di samping Rasulullah menukas, “Wahai Ummu Sulaim, kamu telah menyingkap aib perempuan,[1] celakalah kamu.”
            Rasulullah berkata kepada Aisyah, “Bahkan kamu, kamulah yang celaka. Ya, Jika kamu bermimpi seperti itu, mandilah wahai Ummu Sulaim.”
            Dalam riwayat lain diceritakan bahwa Ummu Sulaim bertanya, “Wahai baginda Rasulullah, ini apa?”
            Rasulullah menjawab, “Ya, sperma laki-laki itu kental berwarna putih dan sperma perempuan itu cair berwarna kuning. Maka seorang anak akan mirip dengan yang lebih kuat dari keduanya.”[2]

Mengajari Tulis-menulis Kaum Perempuan
            Dia adalah Syifa’ putri Abdullah bin Abd al-Syams. Dia masuk Islam sebelum hijrah. Bahkan, dia merupakan salah satu dari perempuan pertama yang hijrah ke Madinah. Dia juga ikut membaiat Nabi di Makkah. Dia termasuk salah satu perempuan cerdas dan bermartabat. Rasulullah sering menemuinya dan istirahat di rumahnya, sampai-sampai dia menyediakan selimut dan sarung khusus buat perlengkapan tidur Rasul. Selimut tersebut disimpan oleh putranya, hingga kemudian diambil oleh Marwan bin Hakam.[3]
            Syifa’ berkisah, “Suatu hari, Nabi mengunjungi kami. Pada saat itu, saya bersama Hafshah. Beliau berkata kepada saya, ajarkan perempuan ini (Hafshah) cara mengobati luka yang keluar dari lambung, sebagaimana kamu mengajarinya menulis.”[4]

Suami-Istri yang Dicintai Allah SWT
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa pernah ada laki-laki mendatangi Nabi Saw, kemudian Rasulullah meminta istri-istri beliau agar menyuguhinya makanan. Akan tetapi, mereka berkata, "Kita sudah tidak punya apa-apa kecuali air minum.”
Lalu Rasulullah bertanya, "Terus siapa yang akan  menyuguhi tamu ini?"
Laki-laki dari Anshar menjawab, "Saya, wahai Rasulullah.” Kemudian laki-laki tersebut mengajak tamu Nabi ke rumahnya. Dia berkata kepada istrinya di rumah, "Muliakanlah tamu Rasulullah ini.”
Istrinya menjawab, "Kita hanya punya persediaan makanan untuk bayi kita."
Lalu laki-laki itu kembali berkata, "Persiapkan makanan, hidupkan lampu dan tidurkan bayimu jika sudah larut malam."
Selanjutnya perempuan tersebut menyiapkan makanan, menghidupkan lampu dan menidurkan bayinya. Lalu dia berdiri, seakan-akan dia sedang memperbaiki lampu, terus dimatikan. Keduanya pun menampakkan kepada tamunya seakan-akan mereka sudah makan. Hingga pagi menjelang kedua suami-istri ini tidak makan.
Keesokan paginya kedua suami-istri yang menjamu tamu Nabi tersebut menghadap Rasulullah Saw. Kepada keduanya, Rasulullah mengatakan, "Semalam turun wahyu dan Allah SWT ridha dan kagum pada perbuatan kalian berdua. Kemudian Allah menurunkan ayat:
 “… Mereka (kaum Anshar) mengutamakan (kaum Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung.” (QS al-Hasyr [59]: 9)


[1]Perempuan tersebut menceritakan perkara yang dapat membuat kaum perempuan malu lantaran perkara tersebut sangat mereka rahasiakan.
[2]Diriwayatkan oleh Imam Muslim (310), Ibnu Majah (601), Nasaî (1/112), Darimi (764) dan Imam Ahmad (3/199. 271, 282).
[3] al-Ishâbah (4/341).
[4]Diriwayatkan oleh Imam Ahmad (6/372) dan Abu Daud (3887).

No comments:

Post a Comment