Dikisahkan oleh Muhamad bin Zaid bahwa dirinya mendengar Dzunun berkata, "Aku melakukan ibadah haji di
Baitullah al-Haram, lalu ketika aku melakukan thawaf, tiba-tiba aku melihat
seorang bergelayut di dinding Ka'bah. Dia menangis dan berkata di sela-sela
tangisnya, ‘Aku sembunyikan musibahku dari
selain-Mu, aku beberkan rahasiaku pada-Mu, aku sibuk dengan-Mu daripada
selain-Mu, aku heran pada orang yang mengenalmu bagaimana dia melupakan-Mu?
Juga pada orang yang merasakan cinta-Mu, bagaimana dia berani pada-Mu?’ Kemudian dia menyerahkan dirinya dan berujar, ‘Dia telah menunda menghukummu, lalu
kenapa kau tidak takut? Dia menutupi aibmu, lalu kenapa kau tidak malu? Dia menyuguhkan manisnya munajat, lalu kenapa
kau tidak peduli?’ Kemudian dia berkata, ‘Kekasih, bagaimana aku ketika aku berdiri di hadapan-Mu, kantuk
menyerangku dan manisnya beribadah menahanku?’
Lalu dia berkata:
Hatiku
takut berpisah dan aku tidak menemukan
Sesuatu
yang lebih pahit dan lebih sakit dari perpisahan
Cukuplah
perpisahan, Dia memisahkan antara kita
Dan
selama itu aku merasa bersedih hati
Dia
berkata, "Aku tidak sanggup mendatangi Ka'bah dengan bersembunyi."
Ketika dia merasakan kehadiranku, dia mengangkat selendang yang menutupinya dan
berucap, "Dzunun, tundukkan pandanganmu karena aku ini haram kau
lihat." Aku baru tahu kalau dia seorang wanita. Lalu aku berkata,
"Demi Allah, kata-katanya menyibukkanku dari semua yang telah aku
lalui." Dia berkata, "Lalu kenapa kau diberi kesehatan oleh Allah?
Tidakkah kau tahu bahwa Allah memiliki hamba-hamba yang tidak sibuk dengan
selain-Nya dan tidak condong untuk mengingat selain-Nya?"
Menyembunyikan Cinta
Dzunun
al-Mishri meriwayatkan, "Aku sedang melakukan ibadah
thawaf, lalu aku mendengar suara yang lirih. Ternyata seorang jariyah yang
bergelayut di dinding Ka'bah. Jariyah itu berkata:
Engkau
tahu wahai Kekasih
Dari
Kekasihku Kau tahu
Tubuh
dan air mata berusaha
Membeberkan
rahasiaku
Kekasih,
aku telah menyembunyikan
Cinta,
sehingga dadaku sesak
Dzunun
bertutur, "Aku kagum pada apa yang aku dengar, lalu dia berteriak dan
menangis, lalu mengucap, ‘Tuhanku, dengan cinta-Mu kepadaku, ampunilah dosaku’." Kata Dzunun lanjut, "Ucapannya membuatku heran, lalu aku berkata, ‘Wahai jariyah, tidakkah cukup kau katakan, demi cintaku padamu, bukan demi cinta-Mu padaku?’ Dia menjawab, ‘Pergilah kau, Dzunun. Tidakkah kau
tahu bahwa Allah SWT memiliki satu kaum yang
dicintai-Nya sebelum mereka mencintai-Nya? Tidakkah yang mendengar firman Allah
SWT:
"Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu
kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya." (QS
Al-Maidah [5]: 54).
Cinta-Nya
mendahului cinta mereka. Dzunun menjawab,
"Dari mana kau tahu kalau aku ini Dzunun?" Dia berkata, "Wahai penganggur, hati ini telah bersinar di tempat
rahasia, maka aku mengenalimu." Ujarnya lanjut, "Lihatlah ke belakangmu." Lalu Dzunun menoleh, dan aku tidak tahu langit atau bumi yang telah menelannya, wanita itu telah lenyap.
Mencintai Allah SWT
Dzunun al-Mishri berkata bahwa ketika dirinya berjalan ke sebuah kampung badui,
dia melihat seorang wanita yang ahli ibadah. Ketika mendekati, wanita itu memberi
salam kepadanya, lalu Dzunun menjawab salamnya. Lalu wanita itu bertanya,
"Dari mana kau datang?" Dzunun menjawab, "Dari seorang yang
bijaksana yang tidak ada bandingannya." Dia berteriak dan berkata,
"Celaka kau, bagaimana kau meninggalkan-Nya sedangkan Dia teman bagi orang
yang terasing?" Hati Dzunun sakit mendengar ucapannya dan menangis. Wanita
itu bertanya, "Kenapa kau menangis?" Jawab Dzunun, "Obat sampai
pada penyakit dan cepat sekali sembuh." Wanita itu berujar, "Kalau
kau benar, kenapa kau menangis?" Dzunun menjawab, "Orang yang benar
tidak boleh menangis?" Dia berkata, "Tidak, karena tangisan adalah
kesenangan hati dan ini adalah sebuah kekurangan menurut orang yang
berakal."
Dzunun memohon, "Ajari aku sesuatu yang bermanfaat untukku." Dia menjawab,
"Celaka kau, apakah manfaat dari Yang Maha bijaksana tidak cukup bagimu
sehingga kau meminta tambahan?" Dzunun berkata, "Kalau kau mau
mengajariku sesuatu, aku akan melakukannya." Lalu dia berkata,
"Berkhidmahlah pada Tuhanmu karena rindu bertemu dengan-Nya. Karena Dia
memiliki satu hari di mana Dia akan muncul pada para wali-Nya. Dia memberi
mereka minum di dunia dengan cinta-Nya sehingga mereka tidak akan pernah haus
untuk selamanya." Kemudian dia menangis dan berkata, "Tuhanku, sampai
kapan Kau biarkan aku di negeri yang tidak aku temukan orang yang menolongku
dari musibahku?" Kemudian dia pergi dan berkata:
Jika obat hamba adalah cinta tuannya
Apakah selainnya bisa diharapkan menjadi dokter yang menyembuhkan?
Ahmad bin Muhamad bin Masruq menuturkan bahwa dirinya mendengar Dzunun al-Mishri
bercerita, "Ketika aku berjalan dalam sebuah perjalanan, aku melihat seorang
wanita.” Lalu wanita itu bertanya, "Dari mana kau datang?" Dzunun
menjawab, "Aku orang asing." Dia berteriak
dan berkata, "Celaka kau, apakah bersama Allah ada tangisan orang yang
terasing sedangkan Dia teman bagi orang yang terasing dan Penolong orang-orang
miskin?" Lalu Dzunun menangis. Dia
bertanya, "Kenapa kau menangis?" Dzunun
menjawab, "Obat sampai pada penyakit dan cepat sekali sembuh." Dia
berkata, "Kalau kau benar, kenapa kau menangis?" Jawab Dzunun, "Orang yang benar tidak boleh menangis?" Dia berujar, "Tidak, karena tangisan adalah kesenangan hati dan tempat
berlindung dari-Nya. Hati tidak menyembunyikan sesuatu yang lebih pantas selain
kesedihan dan isak tangis. Jika air mata tumpah, hati akan senang dan ini
adalah sebuah kekurangan menurut orang yang berakal." Dzunun merasa kagum dengan ucapannya.
Lalu
dia bertanya, "Kenapa kau?" Dzunun menjawab,
"Aku kagum pada ucapanmu." Dia berkata, "Kau telah lupa pada
luka yang tadi aku tanyakan?" Dzunun berujar,
"Tidak, ajarilah aku sesuatu yang bermanfaat untukku.” Dia berkata, "Celaka kau, apakah manfaat dari Yang Maha
bijaksana tidak cukup bagimu sehingga kau meminta tambahan?" Dzunun berucap, "Tidak, aku tidak merasa
cukup untuk meminta tambahan?" Dia bertutur,
"Kau benar. Cintai Tuhanmu dan rindukan Dia karena Dia memiliki satu hari
di mana Dia akan muncul di atas Kursi
kemuliaan-Nya pada para wali-Nya dan kekasih-Nya, lalu Dia memberi mereka minum
di dunia dengan cinta-Nya sehingga mereka tidak akan pernah haus untuk
selamanya." Kemudian dia menangis dan terisak sambil berkata,
"Tuhanku, sampai kapan Kau biarkan aku di negeri yang tidak aku temukan
orang yang menolongku dari tangis sepanjang umurku?" Kemudian dia meninggalkan Dzunun dan pergi.
No comments:
Post a Comment