Dzunun berkata, "Aku bersama seorang sahabatku berada di tempat Bani Israil tersesat. Lalu aku melihat seorang wanita yang memakai baju atasan dari bulu, kerudung dari bulu domba dan memegang tongkat besi.” Dzunun menyapa, "Assalamu 'alaiki wa rahmatullah." Dia menjawab, "Wa'alaikassalâm. Siapa laki-laki yang berbicara dengan perempuan? Semoga Allah memaafkanmu." Dzunun memperkenalkan diri, "Aku Dzunnun al-Mishri, saudaramu." Dia berkata, "Selamat datang, semoga Allah memberimu keselamatan." Dzunun bertanya, "Apa yang kau lakukan di tempat ini?" Dia menjawab, "Setiap kali aku datang di suatu tempat di mana Kekasihku didurhakai, tempat itu akan membuatku susah. Aku akan mencari satu tempat kecil untuk sujud dan bermunajat kepada-Nya dengan hati yang meleleh karena sangat merindukan-Nya."
Dzunun mengucap, "Aku belum pernah mendengar seorang pun yang menyebut
kekasih sebaik yang kau sebut, lalu apa cinta itu?" Dia menjawab,
"Subhanallah! Engkau ini orang yang bijak
dan pemberi nasehat, kenapa bertanya kepadaku? Cinta pertama muncul dalam
kesulitan yang terus-menerus sampai ketika jiwa mereka
sampai pada kesucian yang paling tinggi, Dia akan menuangkan cinta-Nya dengan
kelezatan." Kemudian wanita itu berteriak dan jatuh tak sadarkan diri.
Setelah sadar, dia berkata:
Aku mencintai-Mu dengan dua cinta, cinta ridha
Dan satu cinta karena Engkau pantas untuk itu
Adapun cinta ridha itu
Adalah dzikir untuk menyibukkanku dari selain-Mu
Sedangkan cinta yang Kau pantas menerimanya
Kau telah menyingkap tabir-tabir sehingga aku melihat-Mu
Tidak ada pujian dalam cinta yang itu dan yang itu
Tetapi
pujian hanya untuk cinta yang itu dan yang itu.
Kedermawanan dalam
Agama
Dzunun
al-Mishri bercerita, "Ketika aku berjalan di pegunungan
tiba-tiba aku bertemu dengan seorang jariyah yang seperti orang gila dan dia
memakai jubah dari bulu domba. Aku memberi salam padanya dan dia menjawabnya.” Kemudian jariyah itu berkata,
"Aku mau bertanya padamu tentang sebuah masalah." Dzunun mempersilakan. Jariyah itu bertanya,
"Kedermawanan itu apa?" Jawab Dzunun,
"Memberi dan berbagi." Dia berkata, "Itu kedermawanan di dunia,
lalu apa kedermawanan dalam agama?" Dzunun menjawab,
"Bersegera untuk berbuat taat kepada Allah SWT."
Dia mengucap, "Jika kau bersegera untuk berbuat taat kepada Allah SWT, Dia akan melihat hatimu dan kau tidak akan menginginkan apa-apa
dari-Nya. Celaka kau Dzunun, aku ingin meminta dari-Nya sejak 20 tahun yang
lalu. Tetapi aku malu pada- Nya, takut akan menjadi pekerja yang buruk. Bila bekerja, meminta upah. Tetapi beramal karena mengagungkan
kebesaran-Nya." Dia lalu berlalu dan meninggalkan Dzunun.
Taatlah pada Allah
SWT
Dzunun
al-Mishri berkisah, "Ketika aku berjalan di tempat
Bani Israil tersesat, tiba-tiba ada seorang jariyah hitam yang sangat sedih
karena cinta Allah, dia sendirian memandang ke arah langit.” Dzunun lalu menyapa, "Assalamu' alaik, saudariku." Dia menjawab, "Wa'alaikssalâm."
Dzunun menyambung, "Aku
melihatmu amat bijak, ajarilah aku sesuatu yang telah diajarkan oleh Allah SWT." Lantas dia berujar, "Wahai Abu al-Faidh, letakkan pada anggota tubuhmu. Hubungan
yang adil sampai semua yang selain Allah meleleh dan tinggallah hati yang bersih yang ada Allah saja di
dalamnya. Setelah itu, Dia akan menempatkanmu di pintu-Nya dan akan memberimu wilayah yang baru dan menyuruh
Malaikat untuk mentaatimu." Dzunun menyambung lagi, "Tambahkanlah
saudariku." Dia berkata, "Wahai Abu al-Faidh, ambil dari dirimu untuk
dirimu, taatilah Allah SWT jika kau sendirian, maka dia akan
mengijabahimu bilamana kau berdoa."
Mereka Meraih Kemenangan
Dari
Juwairiyah bin Asma' bahwa tiga orang bersaudara dari Bani Qathi'ah ikut dalam
perang Tastur dan mereka mati syahid. Pada suatu hari, ibu mereka pergi ke pasar
membeli berbagai keperluan lantas dia
bertemu seorang laki-laki yang juga ikut dalam perang Tastur. Ibu itu
mengenalinya dan bertanya tentang kabar anak-anaknya.
Laki-laki itu bertutur, "Mereka telah mati syahid."
Ibu itu bertanya, "Mereka maju berperang ataukah lari?" Dia menjawab, "Mereka maju." Ibunya berucap, "Segala puji bagi Allah (Alhamdulillah) mereka meraih kemenangan.
Mereka melindungi keluarga, kehormatan dan kesuciannya, demi diriku, ayah dan
ibuku."
Orang yang Menjaga Diri
Diceritakan oleh al-Qasim bin Ma'in bahwa seorang wanita
mendatanginya. Wanita itu, "Aku istri si Fulan, aku
terpaksa mendatangimu karena aku dalam kesulitan." Al-Qasim
berkata kepada beberapa orang temannya, "Ada harta yang tersisa?"
Mereka menjawab, "200 dirham." Al-Qasim berpesan, "Berikan uang itu kepadanya." Lantas wanita itu mengambilnya dan pergi. Al-Qasim bertutur, "Bilamana datang sesuatu untukku, ingatkanlah aku pada wanita itu." Lalu datang
harta dan dia membagikannya pada orang, lalu dia teringat pada wanita itu dan uang yang tersisa ada 700 dirham.
Al-Qasim berpesan, "Bawalah uang ini kepadanya,
lalu tanyakan tentang jama'ah masjid yang tinggal di belakang rumahnya dan
masjid yang ada di bawahnya." Kemudian orang itu
melakukan perintahnya dan mengabarkannya tentang keiffahannya dan anaknya. Orang
itu mendatanginya dan memperkenalkan diri, "Aku
utusan al-Qasim bin Ma'in." Dia menjawab, "Selamat datang. Ada perlu
apa?" Utusan menjawab,
"Ini uang sebesar 700 dirham yang dikirimkan al-Qasim untukmu." Dia menjawab,
"Sampaikan salamku padanya dan katakan, kami
telah mengambil 200 dirham darinya dan dan itu sudah mencukupi kami serta kami
tidak memerlukan uang ini."
No comments:
Post a Comment