Wednesday, May 14, 2014

Taubatnya Penari Halah Al-Shafi



Penari terkenal, Halah al-Shafi, menceritakan kisah dirinya mundur dari dunia seni serta kisah pertaubatan dan ketenangan yang dia peroleh ketika dia kembali ke rumah dan kehidupannya. Dia berkata dengan gaya bicara yang memukau lewat konferensi pers, "Pada suatu hari, aku menampilkan tarian di salah satu hotel terkenal di kota Cairo. Saat aku menari, aku merasa seperti bangkai, boneka yang bergerak tanpa makna dan untuk pertama kalinya aku merasa malu dalam keadaan setengah telanjang menari di depan laki-laki dan di tengah-tengah minuman keras.
Aku meninggalkan tempat itu dan aku segera menangis histeris sampai aku tiba di kamarku dan mengenakan pakaianku.
Perasaan yang sebelumnya belum pernah aku rasakan selama karirku sebagai penari yang dimulai saat usiaku 15 tahun datang kembali. Aku segera berwudhu dan shalat. Saat itu, untuk pertama kalinya aku merasa bahagia dan tenteram. Esok harinya aku mengenakan hijab meskipun banyak protes dan cemoohan sebagian orang.
Kemudian aku melaksanakan ibadah haji dan aku mulai menangis, semoga Allah SWT mengampuni hari-hari kelamku.
Dia menutup kisahnya dengan berkata, "Halah al-Shafi telah mati dan dikuburkan bersama masa silamnya. Sekarang namaku menjadi Sahir Abidin, seorang ibu, ibu rumah tangga. Aku hidup bersama anak dan suamiku. Air mata penyesalan menemaniku atas atas hari-hari yang telah aku lalui jauh dari Pencipta yang telah menganugerahiku segala sesuatu.
Aku sekarang terlahir kembali. Aku merasa senang dan tenteram setelah sebelumnya aku merasa gelisah dan sedih meskipun aku kaya, biasa pesta malam dan bersenda gurau."
Dia menambahkan, "Tahun-tahun yang silam aku menjadi teman syaitan, aku hanya tahu senda gurau dan menari. Dulu aku hidup dengan kehidupan yang dibenci dan hina, aku selalu fanatik. Sekarang, aku merasa bahwa aku terlahir kembali. Aku merasa aku berada di tangan yang aman yang menyayangiku dan memberikahiku, tangan Allah SWT."[1]

Taubatnya Pemudi di Asrama Kampus
Wanita yang bertaubat itu bercerita:
"Manusia tidak akan susah ketika dia menjalani kehidupan ini tanpa tujuan dan akan tidak menyulitkannya tatkala dia menjadi seperti binatang. Keinginannnya hanya makan, minum dan tidur tanpa memikirkan rahasia keberadaannya di dunia.
Itulah keadaanku sebelum Allah SWT menganugerahkan hidayah kepadaku. Sejak kecil aku hidup dalam rumah yang taat beragama. Kedua orang-tuaku orang yang taat beragama. Mereka berdua yang paling taat dalam beragama di antara semua kerabat dan orang yang aku kenal. Sebagian kerabat mencela ayahku, rahimahullah. Lantaran dia tidak memasukkan majalah-majalah seronok dan alat-alat musik ke rumah sehingga mereka menyebutnya kolot dan susah! Tapi dia tidak mempedulikan kata-kata mereka.
Sedangkan aku berbeda dengan mereka. Aku hanyalah Muslimah karena keturunan. Bahkan aku membenci agama dan ahli agama, aku membenci shalat dan sepanjang hidupku semasa pendidikan menengah, aku tidak pernah shalat satu rakaat pun. Jika ayahku bertanya, "Kau sudah shalat?" Aku menjawab, "Sudah," dengan berbohong dan munafik. Teman-temanku yang buruk memiliki peran yang besar dalam kerusakanku dan penyimpanganku di mana mereka menyediakan semua yang aku cari seperti majalah-majalah seronok, lagu-lagu gila dan kaset-kaset porno tanpa sepengetahuan ayahku.
Dalam hal berpakaian, aku hanya mengenakan pakaian yang ketat dan pendek. Aku meremehkan hijab dan aku merasa tersiksa dengannya karena aku belum mengerti hikmah disyari'atkannya hijab.
Hari berlalu dan aku tetap dalam keadaanku sampai aku lulus SMA. Setelah lulus aku terpaksa meninggalkan kampung menuju ke Riyadh buat menyelesaikan studi di perguruan tinggi.
Di asrama kampus, aku berkenalan dengan teman-teman lain. Mereka mendukungku dalam kemaksiatan dan dosa yang aku lakukan, tetapi mereka berkata kepadaku, "Paling tidak, shalatlah seperti kami, kemudian lakukan apa yang kau inginkan."
Dari sisi lain ada beberapa orang teman yang taat. Mereka selalu menasehatiku, namun tidak dengan hikmah dan nasehat yang baik dan aku semakin keras dan semakin jauh.
Ketika Allah SWT menginginkan hidayah kepadaku, Dia memberikan taufiq kepadaku untuk pindah ke kamar lain dalam asrama. Dengan taufiq Allah SWT, teman-temanku kali ini adalah wanita yang beriman dan baik. Mereka memiliki akhlak yang mulia, beradab dan cara yang baik dalam memberikan nasehat dan dakwah. Mereka menasehatiku dengan cara yang menarik, menyenangkan dan selama aku tinggal bersama mereka, aku belum pernah mendengar mereka mengucapkan kata-kata makian dan kurang baik. Bahkan mereka tersenyum kepadaku, memberikan bantuan yang aku perlukan. Jika mereka melihatku sedang mendengarkan musik dan lagu, mereka menampakkan kalau mereka terganggu, kemudian mereka keluar kamar tanpa berkata apa-apa padaku. Aku merasa salah dan malu atas perbuatanku. Bilamana mereka kembali dari shalat di mushalla asrama, mereka mencariku di kamar dan tampak kerisauan mereka karena aku tidak hadir untuk shalat. Lalu aku merasa malu dan menyesal lantarn aku sama sekali tidak menjaga shalat sampai aku mengerjakannya dengan berjamaah.
Suatu hari, aku mendapat giliran mengawasi asrama. Ketika aku duduk di ruanganku, aku mendengarkan lagu di televisi dan aku keraskan suaranya, seorang temanku satu kamar menghampiriku dan berkata kepadaku, "Apa ini? Kenapa kau tidak pelankan suaranya? Sekarang kau dalam posisi bertanggung-jawab, maka seharusnya kau menjadi contoh untuk yang lain." Lalu aku berterus terang kepadanya bahwa aku mendengarkan lagu dan aku menyukainya. Temanku memandangku dan berkata, "Tidak, saudariku. Itu salah. Kau harus memilih, jalan kebaikan dan orang-orangnya atau jalan keburukan dan orang-orangnya. Kau tidak bisa berjalan di dua jalan dalam satu waktu."
Tatkala aku menyadari kelalaianku, menginstrospeksi diri dan mulai memeriksa sangkaanku pada contoh yang baik ini yang menerapkan Islam dan berusaha menyebarkannya dengan berbagai sarana dan cara yang disukai, aku bertaubat kepada Allah SWT dan aku umumkan taubatku serta aku kembali sadar. Alhamdulillah, sekarang aku menjadi da'iyah di jalan Allah SWT. Aku menyampaikan ceramah dan pelajaran dan aku menguatkan keberadaan dakwah dan pentingnya perilaku da'iyah dalam menghadapi orang. Aku juga memperingatkan semua teman-temanku yang buruk. Semoga Allah SWT memberi taufiq."[2]


[1]Al-'Aidûn Ila Allah (2/39,40).
[2]Al-'Aidûn Ila Allah (3/77-79).

No comments:

Post a Comment