Sunday, February 2, 2014

Bagai Membangun Daerah Usai Perang



Balangan, sebuah kabupaten di Kalimantan Selatan yang kaya sumber daya alam namun kekurangan sumber daya manusia. Sampai-sampai Bupati Balangan Sefek Effendi harus mencari-cari orang yang bersedia bekerja di Balangan. Tak mudah memang, meretas dan membangun kabupaten hasil pemekaran Kabupaten Hulu Sungai Utara itu. Bagaimana tantangan dan suka-duka mulai membangun daerah yang kini tampil menjadi salah satu kabupaten yang cukup mampu mengejar ketertinggalan dibandingkan daerah induk itu? Berikut petikan perbincangan Indomediaglobal (Jakarta) dengan Bupati Sefek Effendi di Paringin, Ibukota Kabupaten Balangan, beberapa waktu lalu:

Apa tantangan terbesar dalam mengelola Kabupaten Balangan?
Tantangan pertama adalah dana untuk membangun Kabupaten Balangan ini sangat kecil. Kedua, sumber daya manusia (SDM), karena kami ini dari kumpulan kecamatan menjadi sebuah kabupaten. Untuk itulah, selain memanfaatkan anggaran yang ada waktu itu, mencari terobosan-terobosan anggaran melalui APBN, juga mencari tenaga buat mengisi posisi-posisi yang waktu itu masih kosong. Saya minta ke provinsi dan kabupaten-kabupaten sekitar, saya menilai orang-orang bagaimana yang bisa ditempatkan di situ. Saya agak cerewet, karena saya dulu kepala dinas PU, tinggal perintah begini saja sudah selesai. Sementara di sini harus satu per satu, maklum memang mereka belum punya pengalaman ke sana.
Bagaimana terobosan pencarian dana? Apakah sudah mampu untuk meng-cover pengelolaan wilayah otonomi baru ini?
Ya, secara bertahap, tidak bisa langsung sekaligus, dari tahun ke tahun, dari bagi hasil terus meningkat, kita minta proyek untuk dibantu. Sehingga, sedikit demi sedikit, seperti pendidikan ke Diknas waktu itu, jalan ke PU, juga kesehatan ke Depkes. Alhamdulillah saya berjalan perlahan-lahan. Awal di sini anggaran hanya Rp6 miliar (2004), sekarang sudah di atas Rp700 miliar. Meningkat dari tahun ke tahun. Itu juga diikuti peningkatan produksi tambang, hasil dari royalti kan kami dapat peningkatan.
Nah, SDM ketika itu saya cari-cari, teman-teman maukah pindah ke Balangan. Macam-macam, tidak hanya warga asli di sini, ada Kalimantan, ada yang Jawa, ada Batak.
Bagaimana Anda melihat keberagaman SDM ini?
Saya biasa bekerja di level nasional. Saya pernah punya atasan orang Banjar, orang Jawa, orang Bali, orang Batak. Lengkap pengalaman saya. Begitu pula waktu saya di PU ada orang Bali, orang Batak, orang Jawa. Saya biasa begitu, nggak apa-apa.
Bagaimana pandangan Anda terhadap putera daerah?
Selama putera daerah itu punya kemampuan, ya saya berdayakan. Walau ada tapi tidak punya kemampuan, no meaning. Keberhasilan saya melakukan tugas kan tergantung pada staf. Kalau mereka bisa bekerja maka saya juga berhasil. Kalau mereka lemah maka nama saya juga jelek.
Pertama-tama memang saya tur, ikut sampai ke bawah-bawah. Jalan dibetulin saya tunggu orang kerja, sekolah diperbaiki saya lihat, dan sebagainya. Itulah pengalaman saya dulu.
Apa prioritas pembangunan Anda saat mulai memimpin Kabupaten Balangan?
Pertama pembangunan infrastruktur, karena waktu itu infrastruktur Balangan seperti habis perang. Terutama daerah-daerah atas itu, mereka tidak bisa membawa turun hasil pertanian, karena jalan dan jembatan hancur. Saya datang suruh bawa hasil, mereka tidak mau bawa ke Paringin karena mahal. Sebab itu saya benahi infrastruktur, jembatan, sekolahan, Puskesmas. Saya benahi semua.
Kedua, pembangunan sumber daya manusia (SDM). Itu melalui kesehatan dan pendidikan. Kesehatan lewat Puskesmas. Pendidikan, guru-gurunya diberi insentif, kasih bimbingan belajar, untuk meningkatkan jumlah kelulusan. Saya interes dengan UN murni, karena anak kalau tidak bisa memenuhi UN kan tidak lulus. Kalau sekarang kan 40 persen dipengaruhi hasil sekolah, bisa direkayasa itu. Karena keputusan pemerintah sudah begitu ya apa boleh buat. Lihat saja hasilnya, bagaimana?
Ketiga, baru membangun masyarakat ekonomi kecil dan menengah melalui pertanian, perkebunan, dan sebagainya. Untuk meningkatkan ekonomi kerakyatan ini. Misalkan awal-awal kita berikan bibit karet gratis kepada warga masyarakat, baik untuk peremajaan maupun perluasan area, di sini saya melihat karet itu merupakan komoditi yang memiliki prospek ke depan. Ini melalui dana APBD dan juga peluang ke APBN. Alhamdulillah berhasil. Targetnya berapa itu saya lupa, ada tuh di perkebunan. Kemudian perkoperasian juga kami bantu. Kami ini ada dua wilayah, pegunungan dengan karet mereka kaya, bagian bawah itu rawa hanya petani sawah, hasilnya berapa sih? Saya banyak lakukan mereka dalam penyertaan modal ke koperasi-koperasi. Home industri, anyam-anyaman, dulu mereka hanya sebagai buruh, kini mereka bisa sendiri, keuntungannya menjadi lebih banyak.
Bagaimana dengan IPM?
IPM kami masih rendah. Karena banyak faktor mempengaruhi IPM, antara lain keberadaan rumah sakit, kematian bayi, dan angka kematian ibu melahirkan, rumah sakit kami ini baru, dari hutan saya bangun rumah sakit, saya cari dokter, perawat dan lainnya. Data IPM yang ada tahun 2010 dan 2011 (67,2). Data mutakhir (2012) belum ada.
 Pendidikan sejak saya di sini saya gratiskan, mulai dari TK, SD sampai SLTP (BOS dan APBD), bimbingan belajar bagi yang mau ikut UN. Sejak tahun 2003. Ini untuk memacu anak-anak di sini agar mau bersekolah. APK kami ketika itu masih sangat rendah. Banyak anak usia sekolah yang tidak bersekolah. Maka saya gratiskan. Ada Dewan Pendidikan, kami kasih dana buat penyuluhan. Alhamdulillah, lebih dari 100 persen anak usia sekolah bisa bersekolah, anak-anak dari dari wilayah yang berdekatan dengan Balangan juga ikut sekolah di sini.
Setelah mereka berhasil lulus, saya ingin lulusan dari Balangan ini berprestasi dengan meningkatkan mutu pendidikan, guru-gurunya kami kasih kesempatan belajar, tunjangan guru. Kemudian saya bentuk juga Dewan Peningkatan Mutu Pendidikan Kabupaten Balangan, tujuannya untuk memantau apakah guru mengajar sesuai dengan jam kerjanya, apakah kepala sekolah membuat program-program untuk pengajaran, apakah pengawas betul-betul mengawasi. Ini yang saya lakukan dengan Dewan Peningkatan Mutu Pendidikan. Ke depan, anak-anak Balangan tidak semata-mata lulus UN tapi mampu bersaing dengan warga negara Indonesia lainnya. saya bangun asrama mahasiswa di Banjarmasin, Banjarbaru, Malang, Yogyakarta. Di Malang itu malah ada asrama mahasiswi segala.
Sektor kesehatan, kami ada program Jamkesda, ini terbuka, siapapun warga Balangan yang memiliki kartu Jamkesda boleh mendapatkan haknya. Silakan mereka urus kartu Jamkesda, gratis. Dulu sebelum kita punya dokter spesialis, kami rujuk ke Banjarmasin yang kemudian dibantu Jamkesprov (60 persen). Ini sangat membantu masyarakat kami yang mengalami kesulitan pembiayaan kesehatan. Saya kontrak dokter spesialis (kandungan, anak, penyakit dalam dan bedah) untuk melengkapi, ada empat dan lainnya dalam proses. Kalau kita menunggu buka formasi setiap tahun, tidak ada dokter spesialis yang mauk jadi PNS. Saya juga sekolahkan dokter untuk ambil spesialis, tidak boleh sama dengan yang telah ada. Biaya dari Kemkes dan tunjangan dari pemkab.
Bagaimana daya tarik investasi di sini?
Sebenarnya Balangan ini mendapatkan keuntungan dari sumber daya alam, saya membuka pintu bagi investor, silakan datang ke sini, ada batubara, bijihbesih dan sebagainya. Persoalannya jalan angkut yang bermasalah, harus menyeberangi gunung, Gunung Meratus. Di ada pertambangan yang dikelola Adaro Indonesia, jalan sendiri walaupun mereka meliputi dua kabupaten untuk jalannya dan tambangnya ada di tiga kabupaten –ada Barito Timur, Barito Selatan, Hulu Sungai Utara. Saya terbuka, silakan, namun sampai saat ini belum ada titik terang.
Yang dikeluhkan investor soal mengangkut itu bagaimana. Prasarana lainnya kami siap, sudah ada jalan, memang mesti melewati hutan lindung, kemiringannya sangat terjal, untuk angkutan hasil tambang akan berat. Kita lihat Freeport yang membuat pipa, kemudian barang tambangnya dialirkan, akan teratasi masalah pengangkutan dan jalan. Tapi, jelas membutuhkan investasi yang besar.
Terkait Adaro, bagaimana program CSR perusahaan tersebut?
Saya menilai bagus, saya sering didatangi dari provinsi untuk melihat bagaimana sih sistemnya CRS di sini. Jadi begini, Adaro mengeluarkan plafon dulu, misalkan Rp10 miliar untuk satu tahun, Adaro punya program, Pemkab punya program, program-program ini harus menyentuh kepentingan masyarakat seperti bimbingan belajar Primagama itu dari CSR, perbaikan tempat-tempat ibadah, pembangunan jalan-jalan desa, banyak kegiatan lah yang dibantu mereka itu. Program-program ini kami rapatkan, dari Adaro, Pemkab, DPRD, para camat, tokoh masyarakat oke sepakat, saya tanda-tangani. Lalu dilaksanakan sendiri oleh Adaro, bukan dari saya. Kami tinggal pantau. Jadi tidak ada fitnah di antara kita. Adaro sangat baik, tidak perlu ditagih segala, mereka sudah jalan sendiri.
Bagaimana upaya Anda membangun kemitraan dengan legislatif?
Saya kira baik-baik saja, haknya legislatif kami kasihkan, kewajiban eksekutif kami kerjakan. Misalkan mereka punya hak untuk mengevaluasi program-program kami pada tahun berjalan, silakan. Hubungan baik saja. Sebelum 31 Desember sudah ketuk palu. Mudah-mudahan lancar.
Apa cita-cita awal Anda?
 Dari SD belum tahun mau jadi apa. Zaman dulu melihat seorang dokter, insinyur itu langka, kebetulan tetangga saya punya putera seorang insinyur, di ITB sekolahnya, di seberang rumah saya masuk AMN, Pak Zen Maulani namanya. Kecil saya berteman dengan adik-adiknya di Banjarmasin. Bapak saya melihat kok orang-orang ini punya anak insinyur. Bapak saya kan penjahit dan suplier insinyur. Saya tidak tahu mau jadi apa, waktu tiu yang namanya dokter, insinyur jarang. Dulu paling hanya lulusan SMA. Saya juga tidak punya cita-cita yang terlalu tinggi.
Ketika saya SMP, melihat wah boleh juga insinyur. Kebetulan kakak ipar saya orang NU Kotamadya Banjarmasin, ya saya melanjutkan saja sekolah ke SMA. Dari ayah, 100 persen, yang mengarahkan ke insinyur dan memang saya suka.
Dunia politik yang sulit dibaca, sebagai orang teknik, mudahkah Anda masuk ke dunia politik?
Sangat sulit, saya orang eksak, satu tambah satu jadi dua, kalau di politik bisa dua ratus. Ya di mulut kan belum tentu ya di hati, sekarang berkawan, satu menit lagi bisa lawan. Tapi, itulah politik. Sebelum saya ditempatkan di sini, saya tidak ada pengalaman di bidang politik. Saya orang teknik, birokrat. Kemudian terjun, begini ya jadi bupati. Belajar dan belajar, ya walau belum dapat nilai yang bagus, sampai juga  di periode kedua.
Siapa yang Anda anggap sebagai guru politik?
Yang jelas teman-teman partai politik di lokal sini. Di awal-awal itu dengan almarhum Pak Wahid dari PDIP. Saya banyak belajar dari teman-teman, ooo ternyata begini dan begini. Tapi, saya juga banyak dikecewakan oleh politik.
Bagaimana dukungan isteri dan keluarga?
Isteri saya manut saya, memberikan dukungan. Waktu jadi pejabat bupati kan anak-anak saya masih kecil-kecil, masih sekolah di Malang.
Saya ini anak paling kecil, tidak punya saudara seibu-sebapak. Bapak saya waktu menikah dengan ibu saya, membawa dua anak dan ibu membawa empat anak. Saya yang di ujung. Kakak-kakak dari bapak, Haji Rusdiansyah Asnawi lulusan IAIN, kata bapak kakak bagian akherat lalu saya bagian dunia. Terakhir kakak saya sebagai Ketua Pengadilan Tinggi Agama Kalimantan Selatan. Kemudian Hajah Norsehan, ibu rumah tangga saja.  Yang dari ibu, Haji Ramonsyah Noor (terakhir anggota DPRD Provinsi Kalsel), Sri Satriyani Noor (almarhumah), Haji Rusdiansyah Noor (alhmarhum, terakhir Kepala Cabang Cipta Niaga Denpasar), dan Hajah Sri Liliani Noor (guru, sampai sekarang masih aktif). Kami akrab, rutin bertemu. Kakak-kakak saya tidak ada yang macam-macam di sini.
Siapa yang berpengaruh kuat membentuk karakter kepemimpinan Anda?
Saya sangat berterimakasih kepada mantan Gubernur Kalsel Sjahriel Darham. Waktu beliau gubernur, beliau mengorbitkan saya jadi Kepala Dinas PU Kalsel dan beliau pula yang menempatkan saya sebagai pejabat bupati di Balangan. Beliau sangat brilian dan perfeksionis. Saya kan pejabat kedua di sini, beliau bilang bangun tuh daerah ini. Dari nol saya di sini. Alhamdulillah saya bisa mengimplementasikan pemikiran beliau walau belum maksimal, masih jauh dari kesempurnaan.
Beliau yang jadi guru saya, banyak kegiatan-kegiatan di Kalsel yang saya laksanakan atas inisiatif beliau. Kami seraing sharing, ini oke, itu oke, dan seterusnya. Beliau ingin ada perubahan lah di Kalsel, RS Ulin, jalan lingkar dalam, banyaklah kegiatan yang menjadi kenangan saya selesai nanti. Banyak yang kami tinggalkan saat saya jadi Kepala Dinas PU dan beliau Gubernur Kalsel.
Waktu saya staf di pengairan, punya atasan Kabag yang kemudian juga Kepala Dinas PU, Ir. Muhammah Thamrin. Beliau yang mengenalkan saya dengan dunia ke-PU-an. Saya pendamping setia beliau. Saya selalu diajak, termasuk dikenalkan pada pejabat di Departemen PU dan instansi terkait lainnya. Beliau yang mewarnai awal-awal karir saya di Dinas PU.
Tahun 1975-1978 saya bekerja di Jawa Timur, punya atasan bermacam-macam. Pernah menghadapi yang cuek saja, menunduk, dan sebagainya. Ini menambah pengalaman saya menghadapi orang-orang di luar orang Banjar. Saya lama di Jawa, ini menempa fisik dan mental, bagaimana hidup sendiri dan bergaul dengan orang. Bukan berarti di Kalimantan itu jelek, artinya kita bergaul dengan orang banyak.
Bagaimana pendidikan terhadap ana-anak?
Bebas, anak-anak saya setelah lulus SMA silakan pergi. Anak saya dua laki-laki, alhamdulillah ada yang lima tahun selesai kuliah, ada yang 4,5 tahun selesai. Yang kedua anggota DPRD. Saya minta dia masuk PNS tapi tidak mau. Ya ke politik tapi juga bisnis, bisnis di luar jam kerja bersama teman-temannya. Saya tidak memaksakan. Bahkan, pilih isteri sendiri silakan.
Suka-duka selama menjadi Bupati Balangan ...           
 Wah banyak. Pernah didemo orang, demo yang aneh-aneh. Selama saya tidak bersalah, saya tinggalkan saja. Sukanya, saya itu bangga kalau sesuatu itu berhasil, apalagi ujian nasional lulus 99 persen, belum seratus persen memang. Namun sudah cukup membanggakan.
Bagi-bagi waktu dengan keluarga ..
Anak-anak saya kan sudah berkeluarga, tidak terlalu bermasalah. Sekarang paling momong cucu saja. Cucu baru tiga.
Apa obsesi saat meninggalkan Balangan?
Saya ingin pembangunan di Balangan terus berlanjut, terutama membangun SDM. Cari uang jangan di Balangan. Siapa tahu nanti SDM Balangan bisa laku di mana-mana. Saya mengkhayal pabrik karet terbangun lagi di sini. Saya kadang sedih, sudah beri izin tapi belum terbangun juga yang baru. Karet di sini banyak, produktivitas cukup tinggi. Jangan bangun pabrik karet di tempat-tempat orang lain. Ayo bikin pabrik karet di sini, saya dukung, asal persyaratan dipenuhi. Datang dua investor, dari Thailand dan dari Kalimantan Barat, sudah saya tanda-tangani, nggak jadi bangun karena menganggap jumlah pabrik karet di Kalsel sudah banyak. Sedih rasanya. Seandainya itu jadi, masyarakat saya bawa karet kan dekat. Saya sengaja menempatkan pabrik di wilayah yang ekonominya rendah agar warga sekitar bisa ikut menikmati.
Selain karet, juga kami kembangkan sapi, adaro bantu sapi, ada dana APBN. Ini untuk memberikan tambahan sumber penghasilan warga masyarakat kita. Mungkin karet anjlok, masih ada sapi. Tahun 2014 kami targetkan swasembada daging sapi.
Obsesi setelah tambang habis...                
Saya sudah mencadangkan sumber daya yang lainnya. Pertama, SDM. Kedua, mumpung kita masih kaya, kita bangun sumber daya lain seperti perkebunan, peternakan, industri. Kita jangan terbuai dengan SDA. SDA habis kita gigit jari saja, nggak mau saya begitu.
Setelah usai di Balangan...            
Saya mau istirahat di sisa-sisa hidup saya sambil memantau perkembangan dan kemajuan Kabupaten Balangan.
Pengkaderan?
Saya akan melihat siapa sih yang layak memimpin Balangan, sesuai ide saya untuk bisa membangun Balangan, yang mirip-mirip, kan setiap orang punya ide masing-masing. Jangan diobark-abrik Balangan ini lah. Tidak ada saya mengorbitkan anak saya atau kerabat dekat. Siapa saja yang berprestasi silakan. Saya support. Support pemikiran, dari pengalaman kampanye. Saya, kalau diminta, justru nggak saya angkat.
Jam kerja ...
Sampai sore saja, saya juga perlu istirahat. Sabtu-Minggu libur. Kecuali bila penting sekali bisa terima tamu di malam hari. Sekitar 70 persen waktu untuk rakyat, kunjungi rakyat. Saya ini hobi jalan-jalan. Naik ojek atau apa, saya tidak protokoler. Kalau sore-sore saya bawa cucu, isteri, nyetir sendiri ke pasar, ke terminal. Ngobrol dengan warga. ***

No comments:

Post a Comment