Balangan, sebuah
kabupaten di Kalimantan Selatan yang kaya sumber daya alam namun kekurangan
sumber daya manusia. Sampai-sampai Bupati Balangan Sefek Effendi harus
mencari-cari orang yang bersedia bekerja di Balangan. Tak mudah memang, meretas
dan membangun kabupaten hasil pemekaran Kabupaten Hulu Sungai Utara itu. Bagaimana
tantangan dan suka-duka mulai membangun daerah yang kini tampil menjadi salah
satu kabupaten yang cukup mampu mengejar ketertinggalan dibandingkan daerah
induk itu? Berikut petikan perbincangan Indomediaglobal (Jakarta) dengan Bupati
Sefek Effendi di Paringin, Ibukota Kabupaten Balangan, beberapa waktu lalu:
Apa tantangan
terbesar dalam mengelola Kabupaten Balangan?
Tantangan pertama adalah dana untuk membangun
Kabupaten Balangan ini sangat kecil. Kedua,
sumber daya manusia (SDM), karena kami ini dari kumpulan kecamatan menjadi
sebuah kabupaten. Untuk itulah, selain memanfaatkan anggaran yang ada waktu
itu, mencari terobosan-terobosan anggaran melalui APBN, juga mencari tenaga
buat mengisi posisi-posisi yang waktu itu masih kosong. Saya minta ke provinsi
dan kabupaten-kabupaten sekitar, saya menilai orang-orang bagaimana yang bisa
ditempatkan di situ. Saya agak cerewet, karena saya dulu kepala dinas PU,
tinggal perintah begini saja sudah selesai. Sementara di sini harus satu per
satu, maklum memang mereka belum punya pengalaman ke sana.
Bagaimana
terobosan pencarian dana? Apakah sudah mampu untuk meng-cover pengelolaan wilayah
otonomi baru ini?
Ya, secara
bertahap, tidak bisa langsung sekaligus, dari tahun ke tahun, dari bagi hasil
terus meningkat, kita minta proyek untuk dibantu. Sehingga, sedikit demi sedikit,
seperti pendidikan ke Diknas waktu itu, jalan ke PU, juga kesehatan ke Depkes.
Alhamdulillah saya berjalan perlahan-lahan. Awal di sini anggaran hanya Rp6
miliar (2004), sekarang sudah di atas Rp700 miliar. Meningkat dari tahun ke
tahun. Itu juga diikuti peningkatan produksi tambang, hasil dari royalti kan
kami dapat peningkatan.
Nah, SDM ketika
itu saya cari-cari, teman-teman maukah pindah ke Balangan. Macam-macam, tidak
hanya warga asli di sini, ada Kalimantan, ada yang Jawa, ada Batak.
Bagaimana Anda
melihat keberagaman SDM ini?
Saya biasa
bekerja di level nasional. Saya pernah punya atasan orang Banjar, orang Jawa,
orang Bali, orang Batak. Lengkap pengalaman saya. Begitu pula waktu saya di PU
ada orang Bali, orang Batak, orang Jawa. Saya biasa begitu, nggak apa-apa.
Bagaimana pandangan
Anda terhadap putera daerah?
Selama putera
daerah itu punya kemampuan, ya saya berdayakan. Walau ada tapi tidak punya
kemampuan, no meaning. Keberhasilan
saya melakukan tugas kan tergantung pada staf. Kalau mereka bisa bekerja maka
saya juga berhasil. Kalau mereka lemah maka nama saya juga jelek.
Pertama-tama
memang saya tur, ikut sampai ke bawah-bawah. Jalan dibetulin saya tunggu orang
kerja, sekolah diperbaiki saya lihat, dan sebagainya. Itulah pengalaman saya
dulu.
Apa prioritas pembangunan
Anda saat mulai memimpin Kabupaten Balangan?
Pertama pembangunan
infrastruktur, karena waktu itu infrastruktur Balangan seperti habis perang. Terutama
daerah-daerah atas itu, mereka tidak bisa membawa turun hasil pertanian, karena
jalan dan jembatan hancur. Saya datang suruh bawa hasil, mereka tidak mau bawa
ke Paringin karena mahal. Sebab itu saya benahi infrastruktur, jembatan,
sekolahan, Puskesmas. Saya benahi semua.
Kedua,
pembangunan sumber daya manusia (SDM). Itu melalui kesehatan dan pendidikan.
Kesehatan lewat Puskesmas. Pendidikan, guru-gurunya diberi insentif, kasih
bimbingan belajar, untuk meningkatkan jumlah kelulusan. Saya interes dengan UN
murni, karena anak kalau tidak bisa memenuhi UN kan tidak lulus. Kalau sekarang
kan 40 persen dipengaruhi hasil sekolah, bisa direkayasa itu. Karena keputusan
pemerintah sudah begitu ya apa boleh buat. Lihat saja hasilnya, bagaimana?
Ketiga, baru
membangun masyarakat ekonomi kecil dan menengah melalui pertanian, perkebunan,
dan sebagainya. Untuk meningkatkan ekonomi kerakyatan ini. Misalkan awal-awal
kita berikan bibit karet gratis kepada warga masyarakat, baik untuk peremajaan
maupun perluasan area, di sini saya melihat karet itu merupakan komoditi yang
memiliki prospek ke depan. Ini melalui dana APBD dan juga peluang ke APBN.
Alhamdulillah berhasil. Targetnya berapa itu saya lupa, ada tuh di perkebunan. Kemudian
perkoperasian juga kami bantu. Kami ini ada dua wilayah, pegunungan dengan
karet mereka kaya, bagian bawah itu rawa hanya petani sawah, hasilnya berapa
sih? Saya banyak lakukan mereka dalam penyertaan modal ke koperasi-koperasi. Home
industri, anyam-anyaman, dulu mereka hanya sebagai buruh, kini mereka bisa
sendiri, keuntungannya menjadi lebih banyak.
Bagaimana dengan
IPM?
IPM kami masih
rendah. Karena banyak faktor mempengaruhi IPM, antara lain keberadaan rumah
sakit, kematian bayi, dan angka kematian ibu melahirkan, rumah sakit kami ini
baru, dari hutan saya bangun rumah sakit, saya cari dokter, perawat dan lainnya.
Data IPM yang ada tahun 2010 dan 2011 (67,2). Data mutakhir (2012) belum ada.
Pendidikan sejak saya di sini saya gratiskan,
mulai dari TK, SD sampai SLTP (BOS dan APBD), bimbingan belajar bagi yang mau
ikut UN. Sejak tahun 2003. Ini untuk memacu anak-anak di sini agar mau
bersekolah. APK kami ketika itu masih sangat rendah. Banyak anak usia sekolah
yang tidak bersekolah. Maka saya gratiskan. Ada Dewan Pendidikan, kami kasih
dana buat penyuluhan. Alhamdulillah, lebih dari 100 persen anak usia sekolah
bisa bersekolah, anak-anak dari dari wilayah yang berdekatan dengan Balangan
juga ikut sekolah di sini.
Setelah mereka
berhasil lulus, saya ingin lulusan dari Balangan ini berprestasi dengan
meningkatkan mutu pendidikan, guru-gurunya kami kasih kesempatan belajar,
tunjangan guru. Kemudian saya bentuk juga Dewan Peningkatan Mutu Pendidikan
Kabupaten Balangan, tujuannya untuk memantau apakah guru mengajar sesuai dengan
jam kerjanya, apakah kepala sekolah membuat program-program untuk pengajaran,
apakah pengawas betul-betul mengawasi. Ini yang saya lakukan dengan Dewan
Peningkatan Mutu Pendidikan. Ke depan, anak-anak Balangan tidak semata-mata
lulus UN tapi mampu bersaing dengan warga negara Indonesia lainnya. saya bangun
asrama mahasiswa di Banjarmasin, Banjarbaru, Malang, Yogyakarta. Di Malang itu
malah ada asrama mahasiswi segala.
Sektor kesehatan,
kami ada program Jamkesda, ini terbuka, siapapun warga Balangan yang memiliki
kartu Jamkesda boleh mendapatkan haknya. Silakan mereka urus kartu Jamkesda,
gratis. Dulu sebelum kita punya dokter spesialis, kami rujuk ke Banjarmasin
yang kemudian dibantu Jamkesprov (60 persen). Ini sangat membantu masyarakat
kami yang mengalami kesulitan pembiayaan kesehatan. Saya kontrak dokter
spesialis (kandungan, anak, penyakit dalam dan bedah) untuk melengkapi, ada
empat dan lainnya dalam proses. Kalau kita menunggu buka formasi setiap tahun,
tidak ada dokter spesialis yang mauk jadi PNS. Saya juga sekolahkan dokter
untuk ambil spesialis, tidak boleh sama dengan yang telah ada. Biaya dari
Kemkes dan tunjangan dari pemkab.
Bagaimana daya
tarik investasi di sini?
Sebenarnya Balangan
ini mendapatkan keuntungan dari sumber daya alam, saya membuka pintu bagi
investor, silakan datang ke sini, ada batubara, bijihbesih dan sebagainya. Persoalannya
jalan angkut yang bermasalah, harus menyeberangi gunung, Gunung Meratus. Di ada
pertambangan yang dikelola Adaro Indonesia, jalan sendiri walaupun mereka
meliputi dua kabupaten untuk jalannya dan tambangnya ada di tiga kabupaten –ada
Barito Timur, Barito Selatan, Hulu Sungai Utara. Saya terbuka, silakan, namun
sampai saat ini belum ada titik terang.
Yang dikeluhkan
investor soal mengangkut itu bagaimana. Prasarana lainnya kami siap, sudah ada
jalan, memang mesti melewati hutan lindung, kemiringannya sangat terjal, untuk
angkutan hasil tambang akan berat. Kita lihat Freeport yang membuat pipa,
kemudian barang tambangnya dialirkan, akan teratasi masalah pengangkutan dan
jalan. Tapi, jelas membutuhkan investasi yang besar.
Terkait Adaro,
bagaimana program CSR perusahaan tersebut?
Saya menilai
bagus, saya sering didatangi dari provinsi untuk melihat bagaimana sih
sistemnya CRS di sini. Jadi begini, Adaro mengeluarkan plafon dulu, misalkan
Rp10 miliar untuk satu tahun, Adaro punya program, Pemkab punya program,
program-program ini harus menyentuh kepentingan masyarakat seperti bimbingan
belajar Primagama itu dari CSR, perbaikan tempat-tempat ibadah, pembangunan
jalan-jalan desa, banyak kegiatan lah yang dibantu mereka itu. Program-program
ini kami rapatkan, dari Adaro, Pemkab, DPRD, para camat, tokoh masyarakat oke
sepakat, saya tanda-tangani. Lalu dilaksanakan sendiri oleh Adaro, bukan dari
saya. Kami tinggal pantau. Jadi tidak ada fitnah di antara kita. Adaro sangat
baik, tidak perlu ditagih segala, mereka sudah jalan sendiri.
Bagaimana upaya
Anda membangun kemitraan dengan legislatif?
Saya kira
baik-baik saja, haknya legislatif kami kasihkan, kewajiban eksekutif kami
kerjakan. Misalkan mereka punya hak untuk mengevaluasi program-program kami
pada tahun berjalan, silakan. Hubungan baik saja. Sebelum 31 Desember sudah
ketuk palu. Mudah-mudahan lancar.
Apa cita-cita
awal Anda?
Dari SD belum tahun mau jadi apa. Zaman dulu melihat
seorang dokter, insinyur itu langka, kebetulan tetangga saya punya putera
seorang insinyur, di ITB sekolahnya, di seberang rumah saya masuk AMN, Pak Zen
Maulani namanya. Kecil saya berteman dengan adik-adiknya di Banjarmasin. Bapak
saya melihat kok orang-orang ini punya anak insinyur. Bapak saya kan penjahit
dan suplier insinyur. Saya tidak tahu mau jadi apa, waktu tiu yang namanya
dokter, insinyur jarang. Dulu paling hanya lulusan SMA. Saya juga tidak punya
cita-cita yang terlalu tinggi.
Ketika saya SMP,
melihat wah boleh juga insinyur. Kebetulan kakak ipar saya orang NU Kotamadya
Banjarmasin, ya saya melanjutkan saja sekolah ke SMA. Dari ayah, 100 persen,
yang mengarahkan ke insinyur dan memang saya suka.
Dunia politik
yang sulit dibaca, sebagai orang teknik, mudahkah Anda masuk ke dunia politik?
Sangat sulit,
saya orang eksak, satu tambah satu jadi dua, kalau di politik bisa dua ratus. Ya
di mulut kan belum tentu ya di hati, sekarang berkawan, satu menit lagi bisa
lawan. Tapi, itulah politik. Sebelum saya ditempatkan di sini, saya tidak ada
pengalaman di bidang politik. Saya orang teknik, birokrat. Kemudian terjun,
begini ya jadi bupati. Belajar dan belajar, ya walau belum dapat nilai yang
bagus, sampai juga di periode kedua.
Siapa yang Anda
anggap sebagai guru politik?
Yang jelas
teman-teman partai politik di lokal sini. Di awal-awal itu dengan almarhum Pak
Wahid dari PDIP. Saya banyak belajar dari teman-teman, ooo ternyata begini dan
begini. Tapi, saya juga banyak dikecewakan oleh politik.
Bagaimana
dukungan isteri dan keluarga?
Isteri saya manut
saya, memberikan dukungan. Waktu jadi pejabat bupati kan anak-anak saya masih
kecil-kecil, masih sekolah di Malang.
Saya ini anak
paling kecil, tidak punya saudara seibu-sebapak. Bapak saya waktu menikah
dengan ibu saya, membawa dua anak dan ibu membawa empat anak. Saya yang di
ujung. Kakak-kakak dari bapak, Haji Rusdiansyah Asnawi lulusan IAIN, kata bapak
kakak bagian akherat lalu saya bagian dunia. Terakhir kakak saya sebagai Ketua
Pengadilan Tinggi Agama Kalimantan Selatan. Kemudian Hajah Norsehan, ibu rumah
tangga saja. Yang dari ibu, Haji
Ramonsyah Noor (terakhir anggota DPRD Provinsi Kalsel), Sri Satriyani Noor
(almarhumah), Haji Rusdiansyah Noor (alhmarhum, terakhir Kepala Cabang Cipta
Niaga Denpasar), dan Hajah Sri Liliani Noor (guru, sampai sekarang masih aktif).
Kami akrab, rutin bertemu. Kakak-kakak saya tidak ada yang macam-macam di sini.
Siapa yang
berpengaruh kuat membentuk karakter kepemimpinan Anda?
Saya sangat berterimakasih
kepada mantan Gubernur Kalsel Sjahriel Darham. Waktu beliau gubernur, beliau
mengorbitkan saya jadi Kepala Dinas PU Kalsel dan beliau pula yang menempatkan
saya sebagai pejabat bupati di Balangan. Beliau sangat brilian dan
perfeksionis. Saya kan pejabat kedua di sini, beliau bilang bangun tuh daerah
ini. Dari nol saya di sini. Alhamdulillah saya bisa mengimplementasikan
pemikiran beliau walau belum maksimal, masih jauh dari kesempurnaan.
Beliau yang jadi
guru saya, banyak kegiatan-kegiatan di Kalsel yang saya laksanakan atas
inisiatif beliau. Kami seraing sharing,
ini oke, itu oke, dan seterusnya. Beliau ingin ada perubahan lah di Kalsel, RS
Ulin, jalan lingkar dalam, banyaklah kegiatan yang menjadi kenangan saya
selesai nanti. Banyak yang kami tinggalkan saat saya jadi Kepala Dinas PU dan
beliau Gubernur Kalsel.
Waktu saya staf
di pengairan, punya atasan Kabag yang kemudian juga Kepala Dinas PU, Ir. Muhammah
Thamrin. Beliau yang mengenalkan saya dengan dunia ke-PU-an. Saya pendamping
setia beliau. Saya selalu diajak, termasuk dikenalkan pada pejabat di
Departemen PU dan instansi terkait lainnya. Beliau yang mewarnai awal-awal
karir saya di Dinas PU.
Tahun 1975-1978
saya bekerja di Jawa Timur, punya atasan bermacam-macam. Pernah menghadapi yang
cuek saja, menunduk, dan sebagainya. Ini menambah pengalaman saya menghadapi
orang-orang di luar orang Banjar. Saya lama di Jawa, ini menempa fisik dan
mental, bagaimana hidup sendiri dan bergaul dengan orang. Bukan berarti di
Kalimantan itu jelek, artinya kita bergaul dengan orang banyak.
Bagaimana
pendidikan terhadap ana-anak?
Bebas, anak-anak
saya setelah lulus SMA silakan pergi. Anak saya dua laki-laki, alhamdulillah
ada yang lima tahun selesai kuliah, ada yang 4,5 tahun selesai. Yang kedua
anggota DPRD. Saya minta dia masuk PNS tapi tidak mau. Ya ke politik tapi juga
bisnis, bisnis di luar jam kerja bersama teman-temannya. Saya tidak memaksakan.
Bahkan, pilih isteri sendiri silakan.
Suka-duka selama
menjadi Bupati Balangan ...
Wah banyak. Pernah didemo orang, demo yang
aneh-aneh. Selama saya tidak bersalah, saya tinggalkan saja. Sukanya, saya itu
bangga kalau sesuatu itu berhasil, apalagi ujian nasional lulus 99 persen,
belum seratus persen memang. Namun sudah cukup membanggakan.
Bagi-bagi waktu
dengan keluarga ..
Anak-anak saya
kan sudah berkeluarga, tidak terlalu bermasalah. Sekarang paling momong cucu
saja. Cucu baru tiga.
Apa obsesi saat
meninggalkan Balangan?
Saya ingin
pembangunan di Balangan terus berlanjut, terutama membangun SDM. Cari uang
jangan di Balangan. Siapa tahu nanti SDM Balangan bisa laku di mana-mana. Saya
mengkhayal pabrik karet terbangun lagi di sini. Saya kadang sedih, sudah beri
izin tapi belum terbangun juga yang baru. Karet di sini banyak, produktivitas
cukup tinggi. Jangan bangun pabrik karet di tempat-tempat orang lain. Ayo bikin
pabrik karet di sini, saya dukung, asal persyaratan dipenuhi. Datang dua
investor, dari Thailand dan dari Kalimantan Barat, sudah saya tanda-tangani,
nggak jadi bangun karena menganggap jumlah pabrik karet di Kalsel sudah banyak.
Sedih rasanya. Seandainya itu jadi, masyarakat saya bawa karet kan dekat. Saya
sengaja menempatkan pabrik di wilayah yang ekonominya rendah agar warga sekitar
bisa ikut menikmati.
Selain karet,
juga kami kembangkan sapi, adaro bantu sapi, ada dana APBN. Ini untuk
memberikan tambahan sumber penghasilan warga masyarakat kita. Mungkin karet
anjlok, masih ada sapi. Tahun 2014 kami targetkan swasembada daging sapi.
Obsesi setelah
tambang habis...
Saya sudah
mencadangkan sumber daya yang lainnya. Pertama, SDM. Kedua, mumpung kita masih
kaya, kita bangun sumber daya lain seperti perkebunan, peternakan, industri.
Kita jangan terbuai dengan SDA. SDA habis kita gigit jari saja, nggak mau saya
begitu.
Setelah usai di
Balangan...
Saya mau
istirahat di sisa-sisa hidup saya sambil memantau perkembangan dan kemajuan
Kabupaten Balangan.
Pengkaderan?
Saya akan melihat
siapa sih yang layak memimpin Balangan, sesuai ide saya untuk bisa membangun
Balangan, yang mirip-mirip, kan setiap orang punya ide masing-masing. Jangan
diobark-abrik Balangan ini lah. Tidak ada saya mengorbitkan anak saya atau
kerabat dekat. Siapa saja yang berprestasi silakan. Saya support. Support
pemikiran, dari pengalaman kampanye. Saya, kalau diminta, justru nggak saya angkat.
Jam kerja ...
Sampai sore saja,
saya juga perlu istirahat. Sabtu-Minggu libur. Kecuali bila penting sekali bisa
terima tamu di malam hari. Sekitar 70 persen waktu untuk rakyat, kunjungi
rakyat. Saya ini hobi jalan-jalan. Naik ojek atau apa, saya tidak protokoler. Kalau
sore-sore saya bawa cucu, isteri, nyetir sendiri ke pasar, ke terminal. Ngobrol
dengan warga. ***
No comments:
Post a Comment